Remaja putri di Jawa Timur menunjukkan dominasi baru di bidang sains dan teknologi. Menurut Arie Rukmantara Kepala Perwakilan UNICEF Pulau Jawa, dari delapan ribuan peserta yang mengikuti program SMA Double Track, 60 persen di antaranya, adalah remaja putri.
“Ternyata, setelah program SMA Double Track ini dijalankan selama kurang lebih empat tahun dijalankan, remaja putri di Jatim bisa menguasai bidang Science, Technology, Engineering, dan Math (STEM),” katanya, ditemui dalam Demo Day di Surabaya, Rabu (26/11/2025).
Program SMA Double Track merupakan hasil kerja sama antara Pemerintah Provinsi (Pemprov) Jatim, UNICEF, dan Dinas Pendidikan Provinsi Jatim, yang memungkinkan siswa SMA belajar keahlian layaknya SMK, terutama dalam Digital Skill.

Arie menerangkan, gelaran Demo Day di Surabaya sekaligus menjadi perayaan empat tahun kemitraan juga afirmasi terhadap remaja putri yang akhirnya bisa menguasai STEM.
Selama empat tahun, program itu mampu mengubah anak-anak yang awalnya belum melek teknologi, kini menjadi inovator. Bahkan, dalam Demo Day kali ini, karya-karya seperti aplikasi Internet of Things (IoT), robotik, website, dan produk digital yang dipamerkan, semuanya dibuat oleh siswa-siswi di Jatim.
Yaisi Azzahra salah seorang siswa dari SMAN 1 Widodaren Ngawi, mengaku materi digital skill yang diajarkan melampaui pelajaran TIK di sekolah.
“Kami tidak hanya belajar konsep, tapi juga membuat dan mengembangkan ide baru dengan menggunakan teknologi IoT, optik, pengembangan aplikasi, hingga pembuatan situs,” terangnya.
Siswa yang juga peserta program SMA Double Track itu telah menghasilkan sejumlah aplikasi seperti, SIMART dan Scrolling, serta beberapa laman web, termasuk “Serasada” dan layanan masyarakat “Dokter Rajuman”.
Mereka juga mengembangkan produk IoT, seperti Smart Fishpond dan Tanuk Box, yang memadukan sensor, sistem otomatisasi, serta pemantauan berbasis ponsel.

Dari 200 lebih sekolah yang mengajukan proposal, hanya tujuh sekolah terpilih yang dinilai paling unggul, karena konsisten dan inovatif.
”Mereka yang konsisten, seperti siswa kelas XII yang mengajarkan adik kelasnya, dan guru yang terus upgrade ilmu dari coding ke AI, sangat kami apresiasi,” tambah Arie.
Menurutnya, STEM bukan sekadar tren, melainkan bekal penting yang harus dimiliki anak-anak untuk menyongsong Indonesia Emas 2045.
“Bukan hanya melek teknologi, nantinya anak-anak juga akan tercetak menjadi generasi yang humanis dan berempati,” tutupnya.(kir/rid)
NOW ON AIR SSFM 100
