Jumat, 28 November 2025

Mikroplastik Ditemukan dalam Air Ketuban dan Urine Pemilah Sampah di Gresik

Laporan oleh Akira Tandika Paramitaningtyas
Bagikan
Dr Lestari Sudaryanti dosen Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga, memaparkan hasil penelitian dalam diskusi "Invisible Threat of Microplastics", Jumat (28/11/2025), Airlangga Convention Center. Foto: Akira suarasurabaya.net

Dr Lestari Sudaryanti dosen Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga belum lama ini telah melakukan penelitian terkait kandungan mikroplastik dalam tubuh manusia, bersama Ecoton dan Wonjin Institute for Occupational Enviromental Health (WIOEH).

Dalam penelitian itu, Lestari dan tim melakukan monitoring terhadap 32 perempuan yang sehari-hari bekerja sebagai pemilah sampah di Kabupaten Gresik.

Lestari menjelaskan, sampel diambil di tiga lokasi berbeda yakni, TPA Ngitik, Bawean, dan Wringin Anom. Sedangkan pada penelitian kedua, dia fokus mengambil sampe air ketuban ibu hamil dari Puskesmas dan rumah sakit di gresik.

“Hasilnya, dari 48 sampel air ketuban yang diambil, semuanya positif mengandung mikroplastik,” katanya, Jumat (28/11/2025).

Temuan Dr Lestari terkait kandungan mikroplastik dalam tubuh manusia. Foto: Akira suarasurabaya.net

Saat ini, lanjutnya, hasil penelitian lengkap dari Korea masih dalam proses. Tapi secara garis besar, jenis mikroplastik yang paling banyak ditemukan adalah golongan phthalates.

Tidak hanya itu, analisis awal juga menunjukkan keberadaan berbagai senyawa lain seperti, naphthalene, fluorine, pyrene, styrene, serta logam berat seperti kadmium (Cd), timbal, krom (Cr), dan nikel.

“Plastik yang lentur-lentur itu banyak mengandung phthalates, terutama plastik sekali pakai,” jelasnya. Ia menambahkan bahwa logam berat dapat melekat pada plastik sebagai stabilisator sehingga ikut masuk ke dalam.

Secara teori, paparan mikroplastik dapat memicu stres oksidatif dan inflamasi, yang mengganggu metabolisme tubuh dan hormon.

Jika kandungan mikroplastik dibiarkan mengendap dalam tubuh, maka akan berpotensi meningkatkan risiko penyakit metabolik, termasuk diabetes, hipertensi, dan obesitas.

Lestari menerangkan bahwa temuan ini juga diperkuat dari hasil pengukuran petugas pemilah sampah perempuan, di mana 48 persen ditemukan obesitas dan 17 persen gizi lebih.

Adapun mikroplastik juga bisa menyebar secara sistemik melalui darah dan menembus sawar otak. Bentuk mikroplastik yang ditemukan pun beragam seperti, fiber, filament, dan microbeads.

“Kandungan microbeads paling banyak ditemukan pada produk skincare untuk pembersih muka, dan mengurangi jerawat,” ungkapnya.

Bagi masyarakat berisiko tinggi, seperti pekerja di TPA, Lestari berpesan agar wajib menggunakan Alat Pelindung Diri (APD), masker, rajin cuci tangan, dan rutin kontrol kesehatan.

“Perempuan yang lebih rentan terhadap plastik membawa risiko itu saat hamil. Bayi dalam lingkungan penuh stres oksidatif pun akan mengalami dampaknya pada metabolisme,” tutupnya.(kir/iss)

Berita Terkait

Potret NetterSelengkapnya

Perpaduan Macet dan Banjir di Kawasan Banyuurip-Simo

Banjir Menggenangi Sidosermo 4

Kecelakaan Bus Vs Truk Gandeng di Jembatan Suramadu

Perpaduan Hujan dan Macet di Jalan Ahmad Yani

Surabaya
Jumat, 28 November 2025
27o
Kurs