Senin, 1 Desember 2025

Rupiah Menguat Tipis Jelang Rilis Inflasi dan PMI Jasa AS

Laporan oleh Muhammad Syafaruddin
Bagikan
Ilustrasi - Petugas menunjukkan uang pecahan dolar AS dan rupiah di gerai penukaran mata uang asing di Jakarta. Foto: Antara

Nilai tukar (kurs) rupiah pada penutupan perdagangan Senin (1/12/2025) sore, menguat sebesar 12 poin atau 0,07 persen menjadi Rp16.663 per dolar AS dari sebelumnya Rp16.675 per dolar AS.

Penguatan nilai tukar rupiah dinilai karena dipengaruhi wait and see para investor jelang rilis data inflasi dan Purchasing Managers’ Index for Services (PMI Jasa) Amerika Serikat (AS).

“Rupiah pada perdagangan hari ini menguat dipengaruhi oleh sentimen global terkait wait and see sehubungan rilis data inflasi dan PMI jasa AS,” kata Rully Nova analis mata uang dilansir dari Antara.

Ia menerangkan, para analis tak berani memberikan proyeksi inflasi AS pada Oktober 2025 yang rilisnya terus menerus ditunda akibat government shutdown (penutupan pemerintahan) AS. Begitu pula dengan data-data indikator inflasi yang belum dirilis pemerintah AS.

Namun, mengacu inflasi pada September 2025 yang mencapai 3 persen, kemungkinan takkan mengalami perubahan pada Oktober 2025. Terkait PMI Jasa, diperkirakan akan terus ekspansif ke angka 52.

Selain itu, harapan penurunan suku bunga The Fed turut mendongkrak kurs rupiah. “Kemungkinan The Fed akan menaikkan bunga 25 bps (basis points) pada meeting minggu depan,” kata Rully.

Adapun sentimen dari domestik berasal dari rilis inflasi dan neraca perdagangan Indonesia yang baru diumumkan Badan Pusat Statistik (BPS).

Tercatat, Indonesia mengalami inflasi sebesar 0,17 persen secara bulanan atau month-to-month (mtm) pada November 2025.

Indeks Harga Konsumen (IHK) mengalami kenaikan dari 109,04 pada Oktober 2025 menjadi 109,22 pada November 2025.

Secara tahunan, inflasi mencapai 2,72 persen year-on-year (yoy), sedangkan secara tahun kalender, inflasi sebesar 2,27 persen year-to-date (ytd).

“Inflasi Indonesia November 0,17 persen tidak jauh dengan ekspektasi pasar di 0,2 persen. Inflasi yang rendah bisa diindikasikan melemahnya daya beli masyarakat,” katanya.

Perihal neraca perdagangan, secara kumulatif Indonesia pada Januari hingga Oktober 2025 memperoleh surplus 35,88 miliar dolar AS. Angka ini naik 10,98 miliar dolar AS yoy.

Neraca perdagangan Indonesia telah mencatatkan surplus selama 66 bulan berturut- turut sejak Mei 2020. Surplus sepanjang Januari–Oktober 2025 ditopang oleh surplus komoditas nonmigas sebesar 51,51 miliar dolar AS, sementara komoditas migas masih mengalami defisit 15,63 miliar dolar AS.

Adapun Kurs Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (JISDOR) Bank Indonesia pada hari ini justru melemah di level Rp16.668 per dolar AS dari sebelumnya Rp16.661 per dolar AS. (ant/saf/ipg)

Berita Terkait

Potret NetterSelengkapnya

Perpaduan Macet dan Banjir di Kawasan Banyuurip-Simo

Banjir Menggenangi Sidosermo 4

Kecelakaan Bus Vs Truk Gandeng di Jembatan Suramadu

Perpaduan Hujan dan Macet di Jalan Ahmad Yani

Surabaya
Senin, 1 Desember 2025
30o
Kurs