Sejumlah pendengar Radio Suara Surabaya mengadukan jadi korban modus penipuan dengan diminta mengunduh aplikasi digital kependudukan melalui android disertai membagikan layar atau share screen.
Ahmad, menyebut awalnya mendapat telepon berkali-kali dari nomor GSM, lalu penelepon minta beralih melalui WhatsApp. Kemudian korban diminta share screen atau membagikan layar sepanjang telepon berlangsung. Baru pelaku melancarkan aksinya, minta korban mengunduh aplikasi digital kependudukan.
“Ngakunya dari Dispendukcapil. Mau pendataan. Ini (katanya) agar berurusan dengan pemerintahan gampang. Lima menitan kami bicara. Diminta tutup telepon, minta WA. Ada sekitar 7 nomor yang dipakai telepon saya terus,” bebernya saat mengudara di Radio Suara Surabaya, Selasa (2/12/2025).
Didik pendengar berikutnya menyusul laporan serupa. Mendapat telepon dari orang yang mengaku petugas Kecamatan Waru Sidoarjo. Orang di seberang telpon minta Didik menonaktifkan KTP milik bapaknya yang sudah meninggal.
“Saya bilang sudah menonaktifkan KTP dan akta kematian terus katanya masih aktif,” imbuhnya.
Lalu telepon dialihkan melalui WhatsApp, kemudian korban diminta meng-install aplikasi digital kependudukan melalui Play Store dan membagi layar. Setelah itu semua pergerakan tangannya didikte.
Beruntung ia langsung sadar sedang mengalami penipuan, sehingga ia berhenti mengikuti instruksi pelaku dengan langsung minta bertemu di kantor kecamatan. Sesampainya di sana, tidak ada petugas dengan nama yang disebutkan pelaku, sehingga penipuan terungkap.
“Jadi dia sangat piawai di bidang IT. Kalau enggak waspada bablas (merugi) sudah,” ujarnya mengudara terpisah.
Tertipu Ratusan Juta
Sebelumnya pada 12 November hingga 13 November lalu, Siska pendengar asal Sidoarjo pernah mengudara dengan kasus serupa. Dari laporan yang disampaikan, dia sudah kehilangan uang dalam rekening senilai Rp500 juta lebih.
Kejadian itu dialami suaminya, yang mendapat nomor telepon dari orang mengaku pegawai Dispendukcapil dan memintanya mengunduh aplikasi digital kependudukan. Ia langsung mau karena sepekan sebelumnya setelah mengurus rekening bank, diminta pihak bank untuk mengurus KTP digital di Dispendukcapil.
Alasan suaminya langsung yakin bahwa itu benar petugas adalah karena pelaku bisa tahu korban punya dua ponsel lengkap dengan nomor belakangnya. Termasuk meminta korban mentransfer saldo di dua rekening yang ada ke satu rekening dengan jumlah saldo terbanyak hingga jumlahnya lebih dari Rp500 juta.
“Tiga rekening terkuras habis, enggak sampai tiga jam, telepon dari jam 12 sampai jam 3 sore,” ungkapnya.
Suaminya baru sadar jadi korban penipuan ketika handphone-nya mati kehabisan baterai. Ketika dinyalakan, MBanking dengan saldo terbanyak sudah tidak bisa dibuka. Tidak lama setelahnya, muncul notifikasi sejumlah transfer hingga saldonya nol.
“Aplikasi ada dua. Satunya logo garuda, satunya lagi beda. Diklik yang baru nyambungnya ya yang garuda biru,” ucapnya lagi. (lta/ham)
NOW ON AIR SSFM 100
