Sabrina Carpenter penyanyi menuntut Gedung Putih agar berhenti menggunakan musiknya untuk mempromosikan agenda Donald Trump Presiden AS.
Hal ini menyusul unggahan akun X resmi pemerintah yang menayangkan lagu hit Carpenter, “Juno”, di atas video deportasi orang-orang Latin.
“Video ini jahat dan menjijikkan. Jangan pernah melibatkan saya atau musik saya untuk kepentingan agenda yang tidak manusiawi,” ujar Carpenter dilansir dari The Washington Post pada Selasa (2/12/2025) waktu setempat.
Gedung Putih diketahui kerap memanfaatkan musik populer dan meme di media sosial untuk mendukung tindakan keras deportasi. Postingan terbaru menampilkan klip orang-orang yang dikejar petugas imigrasi, diborgol, dan dibanting, sementara lagu Carpenter diputar di latar.
Perwakilan Carpenter belum mengonfirmasi apakah langkah hukum akan ditempuh untuk menuntut penghapusan video terkait hak cipta. Sementara itu, Abigail Jackson juru bicara Gedung Putih menegaskan kepada The Washington Post bahwa pihaknya tidak akan meminta maaf.
“Pesan singkat untuk Sabrina Carpenter: kami tidak akan meminta maaf karena mendeportasi pembunuh ilegal, pemerkosa, dan pedofil kriminal berbahaya dari negara kami,” tulis Jackson, merujuk pada salah satu album dan lagu Carpenter.
Kontroversi penggunaan musik artis oleh Trump bukan hal baru. November lalu, Olivia Rodrigo mengecam penggunaan lagu-lagunya untuk mendukung deportasi, sedangkan Kenny Loggins dan band Semisonic juga menolak penggunaan karya mereka dalam video Gedung Putih.
Trump bahkan pernah menghadapi dua gugatan hukum terkait penggunaan musik berhak cipta dalam kampanye presiden sebelumnya. (saf/ipg)
NOW ON AIR SSFM 100
