Senin, 22 Desember 2025

Angka Pernikahan Dini, Kematian Ibu dan Aborsi Masih Jadi PR di Hari Ibu ke-97

Laporan oleh Billy Patoppoi
Bagikan
Ilustrasi Ibu Hamil. Foto: Unsplash

Masih ada PR besar dalam momen peringatan Hari Ibu ke-97 yang jatuh pada, Senin (22/12/2025) hari ini. PR tersebut, yakni terkait angka kematian ibu dan anak, hingga isu aborsi yang kerap luput dari pencatatan resmi namun berdampak pada kesehatan dan kesejahteraan perempuan.

Bahkan menurut Sukamto Pelaksana Harian (Plh.) Kepala Perwakilan BKKBN Jawa Timur (Jatim), berbagai persoalan seperti pernikahan usia dini, jarak kelahiran yang terlalu dekat, hingga kehamilan yang tidak direncanakan masih menjadi faktor yang berkontribusi terhadap risiko kematian ibu dan anak di Jatim.

“Di kami ini tidak mengharapkan adanya 4T, terlalu tua, terlalu muda, terlalu banyak, dan terlalu dekat jarak melahirkannya,” kata Sukamto saat mengudara di program Wawasan Suara Surabaya, Senin.

Ia mengakui, meskipun program keluarga berencana (KB) terus digencarkan, tantangan di lapangan masih besar. Salah satunya adalah tingginya angka pernikahan usia dini yang berdampak pada kesiapan fisik dan mental perempuan, dalam menjalani kehamilan.

Berdasarkan data dari Pengadilan Tinggi Agama Tahun 2024, jumlah pernikahan dini di Jatim mencapai 8.164 perempuan dan 1.541 laki-laki. Selain itu, tercatat ada 3.552 permohonan dispensasi kawin yang masuk ke Pengadilan Tinggi Agama Jatim antara Januari hingga Juni 2025.

Artinya, rata-rata, sekitar 20 anak menikah setiap hari di provinsi ini, yang sebagian besar disebabkan oleh kehamilan di luar nikah.

“Masih tingginya angka pernikahan di usia dini di Jawa Timur juga masih ada. Ini juga PR kami dan pemerintah yang lain untuk selalu bagaimana kita menurunkan angka pernikahan usia dini yang notabene menggunakan dispensasi nikah oleh pengadilan agama,” ungkapnya.

Sementara dalam konteks Hari Ibu, Sukamto juga menyinggung isu aborsi yang menurutnya sulit tercatat secara resmi, namun menjadi realitas yang tidak bisa diabaikan. Ia menyebut, tidak adanya data resmi membuat persoalan ini kerap tersembunyi dan sulit diatasi.

Karenanya Sukamto menegaskan, praktik aborsi bukanlah solusi yang dibenarkan dalam pengendalian kelahiran, baik dari sisi hukum, kesehatan, maupun nilai sosial dan agama.

“Tidak dianjurkan karena ini selain juga melanggar undang-undang, dalam tanda kutip, tetapi juga agama pun juga tidak menyarankan, bahkan melarang seperti itu,” tegasnya.

Menurutnya, kehamilan yang tidak direncanakan sering kali berkaitan dengan tekanan sosial, ekonomi, dan kurangnya pemahaman tentang perencanaan keluarga.

Oleh karena itu, BKKBN terus mendorong masyarakat untuk mengikuti program keluarga berencana sebagai upaya pencegahan yang lebih aman dan berkelanjutan.

“Inilah program yang nanti akan bisa mengendalikan tingkat fertilitas yang diharapkan oleh pemerintah melalui alat kontrasepsi, kemudian konseling remaja, balita, dan juga konseling keluarga,” kata Sukamto.

“Dan kami pun juga membuat membuat  jaringan jejaring, misalkan seperti di konseling siapbahagia.com ini juga bisa. Konsultasi terkait dengan keluarga,” tambahnya.

Ia menambahkan, pendekatan BKKBN juga dilakukan melalui pendampingan langsung kepada keluarga. Saat ini, terdapat puluhan ribu tim pendamping keluarga yang bertugas di seluruh kabupaten dan kota di Jawa Timur.

“Hampir 93.729 tim pendamping keluarga yang selalu eksis mendampingi keluarga-keluarga, baik yang keluarga risiko stunting maupun yang non stunting,” ujarnya.

Dalam upaya menekan risiko kematian ibu dan mencegah kehamilan yang tidak diinginkan, Sukamto menekankan pentingnya peran bersama antara suami dan istri dalam perencanaan keluarga.

“Ada kesepakatan antara suami dan istri. Ada peran ayah di dalam pemilihan alat kontrasepsi yang cocok seperti apa,” katanya.

Terakhir, Sukamto mengajak masyarakat menjadikan peringatan Hari Ibu ke-97 sebagai momentum untuk lebih peduli pada kesehatan perempuan dan keselamatan ibu.

Ia berharap, perhatian terhadap isu kematian ibu dan aborsi tidak hanya muncul saat peringatan Hari Ibu, tetapi menjadi komitmen bersama demi melahirkan generasi yang sehat dan keluarga yang lebih sejahtera.

“Kalau kita ingin mempunyai anak, direncanakan dengan baik. Jaraknya diatur dengan baik biar nanti keluarga ini menjadi keluarga yang berkualitas. Kualitas pendidikannya baik, ekonominya baik, kesehatannya juga baik,” pungkasnya. (bil/iss)

Berita Terkait

Potret NetterSelengkapnya

Perpaduan Macet dan Banjir di Kawasan Banyuurip-Simo

Banjir Menggenangi Sidosermo 4

Kecelakaan Bus Vs Truk Gandeng di Jembatan Suramadu

Perpaduan Hujan dan Macet di Jalan Ahmad Yani

Surabaya
Senin, 22 Desember 2025
29o
Kurs