Nilai tukar rupiah pada pembukaan perdagangan Rabu (24/12/2025) di Jakarta, menguat tipis 16 poin atau 0,10 persen menjadi Rp16.771 per dolar AS, dibandingkan posisi sebelumnya Rp16.787 per dolar AS.
Dilansir dari Antara, Josua Pardede ekonom memprakirakan kurs rupiah menguat terbatas menjelang Hari Natal 2025 dan Tahun Baru 2026 (Nataru).
“Ruang penguatan bisa tertahan karena menjelang libur panjang Nataru biasanya mendorong permintaan dolar musiman di dalam negeri untuk kebutuhan pembayaran impor, penyesuaian kas akhir tahun, dan pengelolaan kewajiban valuta asing, yang sebelumnya juga terlihat memangkas penguatan rupiah dan mendorongnya berbalik melemah tipis,” ungkapnya.
Sentimen domestik yang membantu penguatan rupiah, terutama peluang arus masuk ke pasar obligasi pemerintah, tercermin dari kenaikan kepemilikan asing dan penurunan imbal hasil obligasi rupiah, sehingga menambah pasokan valuta asing dan menahan tekanan depresiasi.
Melihat sentimen global, dolar dinilai cenderung melemah karena pergerakan mata uang utama yang menguat dan kondisi pasar yang sepi menjelang libur. Hal tersebut menyebabkan tekanan ke rupiah agak mereda.
Namun, lanjut Josua, pelemahan dolar tak sepenuhnya mulus karena data pertumbuhan ekonomi AS yang kuat dengan laju tahunan 4,3 persen membuat pasar lebih berhati-hati untuk mendorong ekspektasi penurunan suku bunga terlalu agresif. Karena itu, dolar berpotensi mendapat penopang sewaktu-waktu.
Perhatian pasar juga tertuju terhadap rilis data klaim tunjangan pengangguran mingguan AS dan pergerakan imbal hasil obligasi pemerintah AS tenor 10 tahun di sekitar 4,16 persen, yang dalam volume perdagangan nan tipis bisa memicu penguatan dolar AS.
Di Asia, penguatan yen Jepang seiring kewaspadaan otoritas Jepang terhadap pergerakan nilai tukar turut menekan dolar. Pada saat yang sama, permintaan dolar dari pelaku impor di kawasan saat likuiditas akhir tahun menipis dapat menular menjadi tekanan tambahan bagi mata uang Asia, termasuk rupiah.
Dengan begitu, arah rupiah hari ini disebut sangat ditentukan oleh tarik-menarik antara pelemahan dolar global dan permintaan dolar domestik menjelang Nataru.
“Dalam kerangka itu, kisaran intraday masih di sekitar Rp16.725–Rp16.800 per dolar AS, dengan batas bawah berpeluang diuji bila pelemahan dolar global berlanjut, dan batas atas lebih mudah tersentuh bila permintaan dolar domestik menguat saat likuiditas pasar menipis,” ujarnya. (ant/saf/ipg)
NOW ON AIR SSFM 100
