
Berbagai jenis miniatur transportasi Indonesia, seperti becak, andong, sepeda kumbang, bahkan harley davidson dari bahan kuningan yang dibuat sedemikian rupa mendekati aslinya, dipamerkan dari tanggal 27 Maret hingga 2 April 2007 di Lobby Garden Palace Hotel Surabaya. Uniknya berbagai miniatur ini bisa dibongkar pasang, jadi bagi pencinta meniatur dan hobby mengotak-atik, ini bisa menjadi alternatif yang menarik.
F.X. BOY Managing Director Rhunos Production pada suarasurabaya.net, Selasa (27/03) mengatakan, pada intinya pameran ini bertujuan untuk mengangkat kerajinan yang berasa dari desa. Dimana dengan keterbatasan dana para pengerajin kuningan dari Desa Juwana, Pati, Jawa Tengah tetap mempertahankan kerajinan leluhur mereka.
Menurut BOY pameran semacam ini baru yang pertama kali baik di Jawa Tengah maupun di Surabaya sendiri. Sehingga diharapkan dengan adanya pameran ini, kerajinan yang unik, langka dengan keahlian tangan tersebut bisa dinikmati masyarakat luas, khususnya pecinta barang seni.
Hal ini dikarenakan, kata BOY selama ini untuk pemasarannya hanya dari mulut ke mulut. ” Saya berusaha membantu pengerajin dengan fasilitas dari hotel, karena ini potensi dan kekayaan leluhur yang luar biasa, sayang kalau hanya dikenal dari mulut ke mulut,” papar BOY.
BOY menambahkan pameran ini menghadirkan 9 jenis handycraft berbahan kuningan yang berjumlah sekitar 40 buah akan dipamerkan selama 1 minggu ini, dan selama itu akan dilihat animo masyarakat terhadap kerajinan ini. Diharapkan nantinya kerajinan kuningan ini bisa menjadi komoditi ekspor.
Sementara itu SUTRISNO satu diantara pengerajin yang merupakan generasi keempat dan telah membuka pusat kerajinan di Sidoarjo ini, memaparkan proses pembuatan berbagai macam handycraft tersebut diawali dengan pengecoran bahan menjadi bentuk-bentuk yang dinginkan, kemudian bahan tersebut dihaluskan dan dilakukan corner atau diberi lapisan tembaga agar terkesan antik.
SUTRISNO mengaku ia sudah sejak kecil menggeluti kerajinan kuningan ini, namun ia baru menekuni profesi ini secara profesional sejak tujuh tahun lalu. Karena keterbatasan pengetahuan, maka untuk pemasarannya masih secara konvensional, seperti dari mulut ke mulut, dipasarkan ke tempat-tempat wisata dan lainnya.
“Karena ini kerjinan turun temurun, jadi sudah sejak kecil. Tapi saya mulai fokus tujuh tahun lalu. Karena kerajinan dari desa dan keterbatasan pengetahuan, jadi promosinya kurang,” ujar SUTRISNO sambil merangkai onderdil miniatur sepeda.
Menurut SUTRISNO kendala yang selama ini dihadapi selain persoalan pemasaran juga kenaikan harga bahan baku yang melonjak cepat, sehingga ia kesulitan menentukan harga. Harga yang ditawarkan bervariasi sesuai bentuk dan tingkat kesulitan, biasanya berkisar antara Rp. 150 ribu hingga Rp. 300 ribu. Kata SUTRISNO dengan pameran ini, diharapkan kerajinan kuningan bisa dikenal masyarakat luas.
Teks Foto:
1. Penasaran, pengunjung dan pihak hotel mengerubuti SUTRISNO yang sedang merangkai onderdil miniatur sepeda.
2. Andong satu diantara hasil kerajian kuningan yang dibuat SUTRISNO.
Foto: RIZKA suarasurabaya.net.