
Nasabah di Indonesia mempunyai kecenderungan berinvestasi dengan memilih reksa dana saham. Ini dipicu kesadaran nasabah semakin tinggi dibandingkan tahun lalu.
Demikian ungkap STEFANUS WILLY SUKIANTO SVP Group Head Bank International Indonesia (BII) dalam Investment Talkshow di Hotel Mercure Grand Mirama, Selasa (11/09).
STEFANUS menilai perspektif nasabah terhadap saham tidak lagi untuk jangka pendek tetapi jangka panjang. Nasabah sudah bisa memilih investasi yang memberikan imbal hasil lebih tinggi dibandingkan deposito.
Saat ini bunga deposito 7%-8%. Untuk mendapatkan lebih dari itu sulit sekali. Sedangkan di reksa dana mendapatkan imbal balik lebih besar daripada deposito, cukup terbuka. Nasabah melihat saham merupakan produk yang cocok untuk mendapatkan imbal hasil dalam jangka waktu 3 tahun.
Terkait pertumbuhan nasabah yang memilih saham, kata STEFANUS, juga tinggi. Jika dibandingkan dengan India, tegas STEFANUS, market Indonesia cukup bagus. Berikut penjelasan STEFANUS pada suarasurabaya.net, {clip*1}.
Menurut STEFANUS, dana pihak ketiga (DPK) yang dikelola Bank Indonesia pada 2007 ini mencapai Rp 1300 trilyun. Sedangkan market reksa dana hanya Rp 70 trilyun. Dibandingkan Desember 2006, market reksa dana mencapai Rp 50 trilyun.
Seiring dengan meningkatnya kesadaran nasabah memilih reksa dana, PT BII juga memfokuskan penjualan reksadana. BII ingin mendapatkan income dari fixed based income dan dengan demikian akan menambah target revenue BII.
Asset under management BII per Agustus 2007 mencapai Rp 3,5 trilyun. Ditargetkan sampai akhir 2007 bisa tumbuh 30%. BII Surabaya untuk penjualan reksa dana berkontribusi 15%-20% ke nasional.
Sementara itu, PRIYO SANTOSO Presiden Direktur PT Danareksa Investment Management mengatakan profil nasabah reksa dana di Surabaya berada di kategori konservatif dan moderat. Tapi sekarang kian agresif untuk membeli saham.
Dari profil nasabah 50%-60% memilih reksa dana berbasis saham. Danareksa memiliki produk investasi untuk masyarakat umum. Selama 1 tahun terakhir pertumbuhan nasabah 30%-40%. Perilakunya selama 10 tahun kita edukasi pasar, dulu memilih reksa dana obligasi sekarang campuran dan banyak yang investasi ke Bursa Efek Jakarta.
“Selama 5 tahun terakhir IHSG naik 40%-50%, investor asing masih menguasai pasar sebesar 60%. Jika edukasi ke investor lokal digenjot diharapkan investor lokal kian tumbuh dan berimbas pada perekonomian Indonesia,”pungkasnya. (tin)
Teks foto :
– PRIYO SANTOSO (kiri), STEFANUS WILLY SUKIANTO (tengah), HEVY ANGWEITA BM BII Surabaya Regional 8 (kiri) di sela persiapan talkshow
Foto : TITIN suarasurabaya.net