
Presiden Indonesia yang akan datang harus berani beda dengan Susilo Bambang Yudhoyono dan membawa Indonesia lebih dekat dengan negara-negara BRICS (Brazil, Russia, India, China and South Africa).
Tidak harus meninggalkan AS dan G20. Tapi kerjasama yang sejajar di bidang investasi, perdagangan dan keuangan dengan negara-negara BRICS perlu dilipatgandakan. Kurangi ketergantungan terhadap IFIs (International Financial Institutions) seperti IMF dan World Bank.
Demikian ditegaskan Dradjad Hari Wibowo Ekonom dari Sustainable Development Indonesia (SDI).
“Kekuatan ekonomi dunia sudah semakin menyebar, tidak lagi unipolar dengan dominasi AS. Negara-negara BRICS bahkan memiliki banyak orang kaya baru yang sangat likuid yang sekarang menjadi pemborong properti super mahal di berbagai belahan dunia, termasuk London. Mereka sudah menjadi investor keuangan kelas kakap di dunia.” papar Dradjad kepada suarasurabaya.net di Jakarta, Rabu (16/7/2014).
Dia menagatakan, BRICS bank ini akan bisa menandingi Bank Dunia. Bank ini didirikan karena BRICS tidak sepakat dengan Bank Dunia dan IMF yang tidak memberikan hak suara memadai kepada negara-negara sedang berkembang. BRICS bank ini akan memberi pinjaman ke negara-negara miskin, khususnya pembangunan infrastruktur.
“Dia juga memberikan emergency reserve funds dalam “Contingency Reserve Arrangement” sebesar USD 100 miliar untuk membntu negara-negara yang krisis likuiditas. Ini bisa menyaingi fungsi IMF,” papar Dradjad.
Ia menyarankan seharusnya Indonesia lebih intensif lagi berkomunikasi dengam BRICS. Ini karena kekuatan ekonomi dunia sekarang semakin menyebar, tidak lagi unipolar oleh AS sendirian.
Hebatnya, Russia yang menganggap dirinya lawan seimbang AS, rela menjadikan China sebagai pusat BRICS. Ini kemungkinan tidak lepas dari pertemuan Putin dan Xi beberapa waktu lalu yang menyepakati kontrak jual beli gas terbesar dunia.(faz/ipg)