Harga spare part truk mengalami kenaikan yang tidak terkendali sebagai imbas melemahnya rupiah terhadap dolar. Untuk mengakali hal tersebut, pengusaha angkutan terpaksa melakukan “kanibalisasi” armada truk lainnya.
“Mulai ban, mesin, velg, per, baut roda, gardan dan persneling naik karena naiknya kursnya dolar. Perusahaan tidak mampu meremajakan dan membeli sparepart,” kata Codey Fredy Lamahayu Ketua DPC Organda Khusus Tanjung Perak kepada Radio Suara Surabaya, Rabu (9/9/2015).
“Kendaraan dengan merek yang sama, sparepart-nya kami lepasi karena pendapatan dan biaya tidak mencukupi. Kalau ada pekerjaan (pemasukan, red), baru kita beli sparepart.”
Menurut Codey, di tengah lesunya geliat ekspor impor, perusahaan angkutan terpaksa menetapkan tarif hanya Rp850 per ton per kilometer, jauh lebih rendah dari tarif seharusnya yang Rp2.000 per ton per kilometer.
Melihat situasi ini, Codey berharap bantuan dari pemerintah untuk menurunkan bunga bank dan dimudahkannya pengajuan pinjaman modal bagi pengusaha angkutan.
“Kalau tidak berutang, tidak akan bisa kerja angkutan, terutama untuk pengadaan unit kendaraan,” kata Codey.(iss/ipg)