Pelemahan nilai tukar rupiah yang sampai pada Kamis (6/9/2018) mencapai angka Rp.14.875 per dolar AS, membuat pemerintah perlu memikirkan langkah-langkah strategis untuk mengatasi persoalan tersebut. Gigih Prihantono Pengamat Ekonomi Universitas Airlangga Surabaya menyebut, ada beberapa langkah yang bisa dilakukan pemerintah untuk saat ini.
1. Beri Insentif pada Modal Asing yang Masuk ke Indonesia
Pemerintah perlu memberikan insentif pada modal yang masuk ke Indonesia. Ia menyebut, rencana pemerintah untuk memberikan pajak pada barang impor, kurang tepat.
Pasalnya, kata Gigih 85 persen barang impor Indonesia adalah barang baku dan barang modal. Hanya 15 % sisanya yang barang konsumsi. Apabila pemerintah mengenakan pajak pada barang Impor, maka daya beli masyarakat akan menurun dan berdampak buruk. Ia menyebut, konsumsi harus terus dilakukan di tengah krisis.
2. Dorong Instrumen Keuangan yang Memungkinkan Pengusaha Menabung Portfolio Dolar di Indonesia
Pemerintah perlu mendorong kedalaman finansial dengan lebih banyak membuka instrumen keuangan yang memungkinkan pengusaha atau pebisnis dapat menabung portfolio dollar di Indonesia.
Ia menyebut, selama ini portfolio dollar selalu dimasukan ke negara di luar Indonesia, seperti Singapura dan Swiss. Ia menyebut, dalam situasi seperti ini akan lebih baik jika Dollar milik orang Indonesia masih beredar di Indonesia.
3. Jangan Intervensi Pasar Valas
Pemerintah tidak perlu melakukan intervensi pasar Valas. Menurutnya, pemerintah hanya perlu membiarkan rupiah mengambang sampai proses puncaknya. Gigih menjelaskan, apabila harga sudah terlalu tinggi dan membuat tidak ada yang berkenan membeli, maka otomatis akan kembali lagi ke kondisi awal.
Namun, apabila pemerintah melakukan intervensi, Maka pemerintah akhirnya terpaksa membeli. Padahal pemain valas membeli portofolio tersebut ketika harga murah dan menjual ketika mahal.
Khusus terkait langkah ini, pemerintah akan menghadapi problem di ranah politik. Pemerintah akan dianggap tidak bekerja oleh sebagian pihak. Padahal, Gigih menyebut secara teori, harusnya pemerintah tidak melakukan apapun pada pasar Valas.
Gigih juga memprediksi, pelemahan nilai tukar rupiah akan mencapai puncaknya di angka Rp.15.800 per dolar AS. Ia menyebut, Setelah itu, nilai tukar akan berangsur membaik setelah mencapai puncak di bulan Oktober atau November 2018.
“Dengan catatan, pemerintah perlu memperbaiki kondisi fundamental ekonomi Indonesia. Hindari kebijakan yang kontra produktif, karena akan memperparah keadaan,” tegas Gigih.(bas/tin/rst)