Kamis, 25 April 2024

Sepi Pembeli, Pedagang Pasar Turi Baru Memilih Tutup Stan

Laporan oleh Iping Supingah
Bagikan
Stan di Pasar Turi Baru, Surabaya, tampak banyak yang tutup. Foto: Antara

Mayoritas pedagang Pasar Turi Baru di Surabaya, Jawa Timur, memilih menutup stan yang telah diserahterimakan oleh pihak pengelola sejak Desember 2014 lantaran sepi pembeli.

“Saya akhirnya bekerja jadi sopir daripada menunggui stan yang tak pernah ada pembelinya,” ujar Akbar Maghrobi, saat dikonfirmasi Antara di Surabaya.

Pemuda asal Kampung Pucang Sewu Surabaya ini mengaku sejak kecil telah terbiasa membantu ibunya menjaga stan yang menjual peralatan konveksi di Pasar Turi sebelum terakhir kali terbakar di tahun 2012.

“Stan milik ibu yang di Tempat Penampungan Sementara masih ada dan tetap buka. Tapi jenuh juga menjaganya karena yang datang adalah pelanggan lama. Tidak ada pelanggan baru yang datang,” ucapnya.

Lelaki berusia 28 tahun itu awal mula meninggalkan stan milik ibunya di tempat penampungan semetara maupun di gedung Pasar Turi Baru dengan bekerja sebagai distributor air mineral kemasan. Belakangan banting setir menjadi sopir di sebuah perusahaan yang berlokasi di Pasuruan, Jawa Timur.

Pedagang lainnya, Yudia, menutup stan di Pasar Turi Baru dan lebih banyak berdiam di rumahnya, Kampung Penjaringan Sari Surabaya.

Perempuan berusia 47 tahun itu dulunya berdagang pakaian di Pasar Turi. “Saya tutup stan di Pasar Turi Baru karena sehari belum tentu ada yang laku,” katanya.

Dia mengaku ingin membuka usaha di tempat lain tapi terbentur modal. “Kalau mau melamar kerja, sudah usia segini, perusahaan mana yang mau menerima,” ucapnya. Yudia pun menjadi ibu rumah tangga yang menggantungkan penghasilan dari suaminya yang bekerja serabutan.

Yudia mengenang Pasar Turi sebelum peristiwa kebakaran dulu dikenal sebagai pusat grosir terbesar di wilayah Indonesia Timur, dengan perputaran uang mencapai Rp20 miliar per hari.

Dia menilai Gedung Pasar Turi Baru yang dibangun pasca peristiwa kebakaran kini menjadi sepi pengunjung salah satunya karena bangunannya terhalang oleh tempat penampungan sementara yang berlokasi di tepat depannya.

Bangunan tempat penampungan sementara itu tak kunjung dibongkar karena mayoritas pedagang yang sampai sekarang masih menempatinya memiliki konflik dengan pengelola Pasar Turi Baru. Pemerintah Kota Surabaya pun hingga kini belum menerbitkan izin operasional pengelolaan Gedung Pasar Turi Baru.

Yudia maupun Akbar Maghrobi dan juga eks pedagang Pasar Turi lainnya mengetuk kepedulian dari pemerintah daerah setempat untuk mengambil inisiatif menyelesaikan konflik yang sedang terjadi. Mereka memimpikan perputaran ekonomi dari Pasar Turi Baru bisa pulih seperti pada masa kejayaannya dulu.(ant/ipg)

Berita Terkait

Potret NetterSelengkapnya

Motor Tabrak Pikap di Jalur Mobil Suramadu

Mobil Tertimpa Pohon di Darmo Harapan

Pagi-Pagi Terjebak Macet di Simpang PBI

Surabaya
Kamis, 25 April 2024
27o
Kurs