Minggu, 29 Juni 2025

30 Persen Barang di Lamongan Grosir Harus Berasal dari UMKM

Laporan oleh Denza Perdana
Bagikan
Fadeli Bupati Lamongan saat meninjau soft opening Lamongan Grosir di Lamongan Plaza. Foto: Istimewa

Sejak sekitar awal 2018 silam, Pemerintah Kabupaten Lamongan berkomitmen tidak lagi mengeluarkan izin baru untuk toko modern seperti Alfamart dan Indomaret.

Sebagai gantinya, Pemkab Lamongan mendirikan Warung LA (warLa), toko modern berbasis desa, yang ditargetkan mampu mendongkrak produk UMKM lokal warga Lamongan.

Pemkab Lamongan menargetkan pendirian 120 warLa di 120 desa yang ada di Lamongan pada 2019. Kendalanya, belum tersedianya pusat grosir untuk menyuplai barang.

Bekerja sama dengan sejumlah perusahaan swasta, Pemkab Lamongan mendirikan Lamongan Grosir (LaGro), sebuah pusat grosir di Lamongan Plaza.

LaGro diharapkan menjadi jawaban atas kebutuhan suplai barang untuk warLa, dengan kewajiban 30 persen produk di LaGro berasal dari UMKM yang ada di Lamongan.

Tidak hanya itu, pusat grosir ini juga diharapkan bertanggung jawab untuk memenuhi perlengkapan dan pendampingan kepada warLa-warLa yang ada di desa-desa di Lamongan.

Fadeli Bupati Lamongan, dalam keterangan pers yang diterima suarasurabaya.net meluncurkan LaGro dalam tasyakuran soft opening LaGro di Lamongan Plaza Sabtu (16/02/2019) kemarin.

“Saya titip kepada LaGro agar menjaga kualitas barang dan harga, sehingga barangnya benar-benar terjangkau. Saya juga meminta komitmen LaGro kepada produk-produk UMKM Lamongan, minimal 30 persen,” katanya.

Artinya, dari keseluruhan barang yang dijual di LaGro, Bupati Lamongan itu meminta, setidaknya sebanyak 30 persen di antaranya merupakan produk pelaku UMKM lokal Lamongan.

Fadeli juga berharap, dengan adanya warLa dan LaGro, warga Lamongan berbelanja di rumah sendiri, berbelanja produk-produk yang dibuat warga Lamongan sendiri, supaya UMKM Lamongan tumbuh.

Abdul Rahman Hidayat Komisaris PT. Warungdaya Inti Nusantara (WIN) sebagai salah satu pendiri LaGrosir mengatakan, berdirinya LaGro adalah kontribusi berbagai pihak.

Pihak yang dia maksud adalah Pemkab Lamongan, investor, operator ritel, dan Badan Usaha Milik Desa (BUMDes). Peran BUMDes memang menjadi penentu berdirinya warLa di desa-desa di Lamongan.

“Mudah-mudahan ini (LaGro) dapat menjadi kebanggaan warga Lamongan, dan kami berkomitmen memangkas banyak rantai distribusi karena principal langsung berhubungan dengan kami,” ujarnya.

Abdul mengatakan, perusahaannya bersama Pemkab Lamongan akan mematangkan sistem ritel LaGro dan warLa untuk mewujudkan pertumbuhan peekonomian lokal di Lamongan.

“Akan kami matangkan terus bersama pemerintah sehingga tujuan kesejahteraan ini tercapai, dan perekonomian dari hulu sampai ke hilir di Lamongan terus bertumbuh,” katanya.

LaGrosir, kata dia, akan menjual produk dengan harga terjangkau, terutama bagi pengelola warLa. Dia berharap, warLa akan menjadi agen bagi toko-toko kelontong di sekitarnya.

“Dengan begitu, keberadaan warLa ini tidak akan mematikan toko-toko kelontong di sekitarnya, tapi bida saling menghidupi,” ujar Abdul.

Fadeli Bupati Lamongan berharap, sistem ritel modern berbasis ekonomi kerakyatan ini bisa menjadi role model di Indonesia. Tidak hanya itu, dia sudah menyiapkan alat transaksi digital untuk warga Lamongan.

Bersama perusahaan Paytren, Pemkab Lamongan menginisiasi LA Pay sebagai alat pembayaran digital. Fadeli berharap, Lamongan menjadi kabupaten pertama yang menerapkan digital payment dengan ikon sendiri.

Pada acara tasyakuran soft opening LaGro di Lamongan Plaza itu, Fadeli dan istrinya sempat menjajal transaksi menggunakan LA Pay itu.(den/dwi)

Berita Terkait


Potret NetterSelengkapnya

Kecelakaan Mobil di Jembatan Suramadu, Kondisinya Ringsek

Kecelakaan Bus Tabrak Belakang Truk di KM 749 Tol Sidoarjo-Waru

Pajero Masuk Sungai Menur Pumpungan

Kecelakaan Truk Tabrak Gardu Tol di Gate Waru Utama

Surabaya
Minggu, 29 Juni 2025
31o
Kurs