Sabtu, 20 April 2024

Ekonom: Wabah Corona Atasi Dulu, Baru ke Ekonomi

Laporan oleh Muchlis Fadjarudin
Bagikan
Dradjad Hari Wibowo Ekonom Senior INDEF. Foto: Faiz suarasurabaya.net

Dradjad Hari Wibowo Ekonom Senior INDEF mengatakan, anjloknya rupiah sampai lebih Rp16 ribu yang sangat cepat ini disebabkan terutama oleh dua faktor.

Pertama, adalah pelaku pasar terutama asing berada di luar negeri yang berinvestasi di Indonesia itu sangsi bahwa Indonesia akan bisa mencegah wabah Corona (COVID-19) ini atau akan bisa mengatasinya sehingga sekarang mereka tidak lagi berpikir investasi, tetapi mereka sudah berfikir survival atau bertahan hidup.

Kemudian yang kedua, kata Dradjad, ekonomi Indonesia terutama APBN memang sudah berat.

“Itu karena memang kondisi ekonomi kita terutama APBN itu memang berat. Jadi tanpa Corona pun sebenarnya sudah berat,” ujar Dradjad dalam kajian INDEF melalui teleconference membahas ‎Penanganan Wabah Covid-19 dan dampak Ekonominya, Selasa (24/3/2020).

Dengan dua faktor itu, kata dia, pasar menjadi panik.

“Dan ini memang apa yang terjadi di pasar uang maupun di pasar modal itu cermin kepanikan,” kata dia.

Menurut Dradjad, kepanikan kalau hanya disebabkan oleh faktor ekonomi saja itu sudah susah untuk dihitung berapa jatuhnya itu, bahkan sampai nilai berapa itu juga susah dihitung.

Tetapi, kata dia, hal itu masih bisa didekati dengan indikator- indikator ekonomi seperti cadangan devisa dan fundamental lainnya yang masih bisa dilakukan sebagai basis perhitungan kemudian ditambah dengan over shooting.

Tapi kalau kepanikannya ini bukan hanya karena ekonomi, tetapi karena isu kesehatan masyarakat atau isu public health, itu sudah susah, karena tidak ada model yang bisa dilakukan.

“Jadi beberapa teman menanyakan kira kira sampai berapa? saya jawab tidak tahu karena memang jawaban itulah yang paling ilmiah yang bisa kita berikan,” jelasnya.

Jadi karena kepanikan yang disebabkan isu kesehatan masyarakat, maka Dradjad berkali-kali baik secara privat maupun di beberapa media sudah menyerukan kepada pemerintah sebaiknya betul-betul memprioritaskan pada penanganan kesehatan masyarakat.

“Atau istilahnya adalah public health program atau public health measures, public health solution atau solusi kesehatan masyarakat. Maksudnya solusi dari sisi medis,” tegasnya.

Dradjad menjelaskan, semua harus fokus untuk meminimalkan penyebaran virus Corona ini dengan segala cara.

“Jangan lagi berpikir mengenai menyelamatkan ekonomi, karena dengan ketidakpercayaan tadi kita lihat ekonomi kita makin anjlok kan dan kalau nanti terjadi wabah apalagi seperti di Wuhan atau di Italia ekonomi yang mana yang akan kita selamatkan? Karena sektor produksi akan anjlok kemudian permintaan juga akan terpukul, akan susah sekali,” kata Dradjad.

Dia menyarankan kepada pemerintah untuk melakukan belanja kesehatan masyarakat semaksimal mungkin, perbanyak ruang isolasi, perbanyak Alat Pelindung Diri (APD) bagi tenaga medis, perkuat pada tenaga medis. Karena mereka adalah pasukan terdepan yang ada di dalam perang melawan virus Corona ini.

Selain itu, kata dia, perlu juga memperbaiki sanitasi obat-obatan, meskipun obat untuk Corona belum ditemukan. Paling tidak obat untuk mengurangi penderitaan.

Dradjad menyarankan kepada pemerintah untuk tidak ragu-ragu melakukan lockdown di beberapa tempat agar virus Corona tidak merebak. Setelah penanganan wabah selesai, maka pemerintah baru fokus ke masalah ekonomi.

“Dan kemudian juga jangan sangsi lagi untuk tegas melakukan Lockdown di beberapa tempat yang memang sudah sudah harus dilakukan. Jangan lagi berpikir lockdown ini akan punya efek begini begitu ke ekonomi. Itu pemikiran yang salah,” pungkasnya. (faz/ang/ipg)

Berita Terkait

Potret NetterSelengkapnya

Motor Tabrak Pikap di Jalur Mobil Suramadu

Mobil Tertimpa Pohon di Darmo Harapan

Pagi-Pagi Terjebak Macet di Simpang PBI

Surabaya
Sabtu, 20 April 2024
27o
Kurs