Khofifah Indar Parawansa Gubernur Jatim mengungkapkan bahwa saat ini satu dari program prioritas pemerintah adalah menarik investasi dari dalam dan luar negeri sebanyak-banyaknya.
Khofifah menyampaikan, Bung Karno pada tahun 1965 Indonesia sudah tuntas di taraf survival. Tetapi ada tiga investasi yang dibutuhkan, pertama investment of human skill, kedua material investment dan ketiga mental investment.
“Kata Bung Karno, kalau investment of human skill dan material investment ini tidak diikuti oleh mental Investment, maka tidak akan bisa melahirkan kemakmuran dan tidak akan bisa membangun kemakmuran dan persatuan,” tegas Khofifah saat menerima kedatangan pengurus Badan Pengurus Daerah (BPD) Himpunan Pengusaha Muda Indonesia (Hipmi) Jatim di Gedung Negara Grahadi Surabaya, Rabu (27/10/2021).
Kata Khofifah, yang membedakan keputusan politik dengan keputusan nonlembaga politik adalah daya ikatnya. Keputusan politik yang mengikat masyarakat umum itulah yang ada dalam cara pengemban mandat secara politis.
“Dalam kondisi seperti ini maka PR kita bersama mudah-mudahan bersama dengan tim Hipmi Jatim bisa membuat peta kemiskinan untuk menurunkan jumlah kemiskinan di Jatim. Saya sampaikan bahwa saat ini kita butuh jihad melawan kemiskinan dan ini tidak sendiri tetapi harus membangun strong partnership,” tegasnya.
Sementara itu, Mardani H. Maming Ketua Umum Badan Pengurus Pusat Hipmi menegaskan bahwa berpolitik sebenarnya menjadi hal yang tepat jika kedudukan digunakan sebagai alat untuk bisa membantu masyarakat luas.
Untuk itu, ia berpesan agar pengusaha muda di daerah harus bisa menggabungkan dua kekuatan besar tersebut, yaitu kekuatan enterpreneur dan kekuatan politik agar generasi muda bisa memberikan kontribusi lebih besar terhadap bangsa dan negara.
Mardani mengungkapkan, pada 50 tahun Hipmi, telah berhasil melahirkan sejumlah tokoh nasional, di antaranya Menteri Investasi Bahlil Lahadalia, Menteri Pariwisata daa Ekonomi Kreatif Sandiaga Uno, Menteri Perdagangan Muhammad Luthfi, dan juga Menteri BUMN Erick Tohir.
“Banyaknya tokoh kita ini menjadi bukti. Dulu banyak orang mengatakan anak muda jangan berpolitik, karena melek politik itu tidak bagus, jelek, dan lain sebagainya. Tetapi menurut saya itu salah, karena dengan politik itulah kita bisa berbuat banyak. Kalau kita ingin menjadi orang kaya, kita harus menjadi entrepreneur, tetapi kalau kita mau berbakti dan menolong masyarakat, bangsa, dan negara ini, maka kita harus ikut berpolitik,” tegasnya.
Dua kekuatan inilah kata Mardani, yang harus digabungkan, antara entrepreneur dan politik. Ia yakin dengan penggabungan dua kekuatan tersebut, maka kebijakan Hipmi akan lebih kuat dari organisasi lain. “Ini tidak hanya dijalankan di struktur Hipmi Pusat tetapi juga dijalankan di struktur provinsi, kabupaten, dan kota,” jelas Mardani.(man/iss)