Jumat, 26 April 2024

Pandemi Tidak Menurunkan Nilai Ekonomi dalam Tradisi Mudik Lebaran

Laporan oleh Agustina Suminar
Bagikan
Ilustrasi belanja online. Foto: Shutterstock

Mudik lebaran menjadi tradisi setiap tahun saat bulan Ramadan untuk berkunjung ke kampung halaman. Berbeda dengan tahun-tahun sebelumnya, lebaran dua tahun ini terdapat larangan mudik dari pemerintah. Hal ini dikarenakan Indonesia belum juga bebas dari pandemi Covid-19.

Dr. Ni Made Sukartini, SE., M.Si., MIDEC. dosen Fakultas Ekonomi dan Bisnis (FEB) Universitas Airlangga (Unair) menjelaskan bahwa esensi lebaran dan mudik lebaran ada dua.

“Pertama, sebagai perayaan hari suci dan momen untuk berinteraksi sosial bersama keluarga. Kedua, implikasi bagi aktivitas ekonomi khususnya di daerah pedesaan sangat tinggi, ” ujarnya dalam keterangan tertulis yang diterima suarasurabaya.net, Sabtu (8/5/2021).

Dosen Ekonomi Publik itu menjelaskan bahwa tradisi mudik sebagai perayaan lebaran mempunyai implikasi yang lebih besar dalam konteks ekonomi. Hal ini terkait dengan aktivitas ekonomi dalam kegiatan berbelanja untuk pertemuan keluarga.

“Kegiatan tersebut tentu saja akan membawa daya ungkit ekonomi cukup besar bagi aktivitas ekonomi secara keseluruhan,” jelasnya.

Menurut Made, meski terdapat larangan dari pemerintah untuk mudik, namun hal ini tidak menurunkan nilai ekonomi dari tradisi mudik.

“Saya rasa tidak (menurunkan nilai ekonomi). Jika hal-hal yang tadinya kita lakukan offline sekarang bisa kita lakukan secara online, maka aktivitas ekonomi juga bisa dilakukan. Kita masih bisa belanja di mana posisi kita sekarang, dan mengirimkannya ke sanak saudara kita di desa,” jelasnya.

Made menegaskan bahwa aktivitas ekonomi kini beralih dari offline ke online. Masyarakat tetap memiliki banyak pilihan untuk berbelanja secara online. Misalnya, membeli pakaian lebaran maupun makanan melalui UMKM.

Produk-produk hasil pertanian dan UMKM di desa, lanjut Made, juga bisa dipromosikan secara daring. Surplus produksi yang ada di desa dapat dipromosikan oleh pemuda-pemuda desa melalui karang taruna.

Hal ini bertujuan agar keluarga yang tidak mudik ke kampung halaman masih bisa menikmati makanan khas desa.

“Dengan cara ini aktivitas ekonomi baik di kota maupun di desa masih bisa berjalan, walaupun tidak sebanyak dan secepat dalam kondisi normal,” imbuhnya.

Dosen yang juga mengajar mata kuliah matematika ekonomi itu mengimbau agar masyarakat menunda rencana dan kebiasaan mudik tahun ini guna menghindari potensi keterpurukan yang lebih lama lagi dan memutus persebaran Covid-19.(frh/ipg)

Berita Terkait

Potret NetterSelengkapnya

Motor Tabrak Pikap di Jalur Mobil Suramadu

Mobil Tertimpa Pohon di Darmo Harapan

Pagi-Pagi Terjebak Macet di Simpang PBI

Surabaya
Jumat, 26 April 2024
31o
Kurs