Jumat, 29 Maret 2024
OPOP Jawa Timur

Pesantren Tsamarotur Roudloh Banyuwangi, Cetak Santri Enterpreneur hingga Kemandirian Pesantren

Laporan oleh Achmad Zainal Alim
Bagikan
Produk utama aneka keripik buah di pajang di etalase Pesantren. Foto: Dok-Suarasurabaya.net

Keripik Buah sudah menjadi makanan yang eksklusif di kalangan masyarakat Indonesia di jaman sekarang. Selain punya rasa yang enak, Keripik Buah juga kaya nutrisi. Selain itu, harganya juga terjangkau.

Dalam suatu kunjungan Kami mampir ke pondok Pesantren Tsamarotur Roudloh, Tegalsari, Banyuwangi. Di lokasi kami diajak mampir ke dapur di mana mereka berproduksi.

Disambut Aris, salah seorang santri pesantren tersebut. Kebetulan hari itu sedang menggoreng Keripik Nangka, yang menjadi produk andalan mereka.

Menurut Aris, “Prosesnya sama seperti kebanyakan pembuatan keripik buah. Di sini kami juga menggunakan vacuum fraying. Prosesnya seperti presto, buah dipanaskan pada suhu 80-85 0C sehingga menjadi cukup kering,” urainya.

Setelah buah di kupas, dan dicuci, buah dibelah kemudian dimasukkan. Diberi sedikit garam agar warnanya tetap cerah bagus, dan tidak kehitaman.

“Bahan 12 kilo Nangka yang sudah dikupas, setelah dimasak hanya bisa menjadi 1,5 kilogram, keripik Nangka. Satu kilo buah setelah diolah hingga kering hanya bisa menjadi sebanyak 1ons keripik,” ungkapnya lagi.

Keripik nangka ini menjadi produk andalan Pesantren Tsamarotur Roudloh, seperti yang disampaikan Gus Kholichir Salim pengasuh pondok pesantren. “Aneka keripik buah ini baru dimulai tahun lalu. Mulai dari Buah Nangka, Naga, Rambutan, Mangga, Salak, dan Apel. Dan yang terbaru, yang kemarin laku keras, Edamame,” urainya.

Gus Kholichir Salim pengasuh pondok Pesantren Tsamarotur Roudloh Banyuwangi. Foto: Dok. Suarasurabaya.net

Kebetulan di daerah sekitar Jember-Banyuwangi sini banyak sekali Kedele Edamame, yang dikembangkan oleh masyarakat sekitar. “Kemudian bila tidak masuk spesifikasi ekspor, maka akan dijual ke masyarakat dengan harga murah. Hal ini yang kemudian kita manfaatkan,” jelas Gus Kholichir.

Prosesnya sama buah dikupas, lalu digoreng dengan vacuum fraying. “Alhamdulillaah animo masyarakat luar biasa, hingga kami sempat kewalahan memenuhi permintaan masyarakat,” tegasnya.

Dengan adanya produk ini juga menjadi pelajaran buat santri lebih kreatif dan produktif. Semoga dengan dukungan OPOP Jatim semakin maju.

“Santri memang tidak kita libatkan dalam proses ekonomi, terutama santri yang masih di usia-usia belajar. Sementara bagi santri yang usianya sudah di atas 20 tahun ini berusaha Kita latih. Dengan tetap memperhatikan kapan waktu mereka mengaji, kapan sekolah, kapan ibadah, dan kapan bekerja. Jadi tidak sama dengan perusahaan yang menetapkan 8 jam kerja, mungkin kami hanya menetapkan 4 jam kerja. Dan alhamdulillaah, anak-anak sudah mampu melahirkan produk-produk yang berkualitas,” terangnya bangga.

Diakui usaha Keripik Nangka di sini ini adalah untuk menciptakan kemandirian pesantren. Melahirkan pesantren entrepreneur, mencetak santri-santri yang mempunyai live skill.

“Di samping itu pesantren bisa mandiri dari hasil karya, hasil kerja, dan upaya yang dilakukan para santri dan alumninya,” pungkasnya.(lim)

Berita Terkait

Potret NetterSelengkapnya

Kecelakaan Mobil Porsche Seruduk Livina di Tol Porong

Mobil Tertimpa Pohon di Darmo Harapan

Pagi-Pagi Terjebak Macet di Simpang PBI

Surabaya
Jumat, 29 Maret 2024
29o
Kurs