Jumat, 26 April 2024

Ekonom Menilai Target Pertumbuhan Ekonomi di Atas Lima Persen Cukup Rasional

Laporan oleh Farid Kusuma
Bagikan
Tabel pertumbuhan ekonomi dan inflasi yang terjadi di Jawa Timur. Foto : Istimewa

Piter Abdullah Redjalam Direktur Eksekutif Segara Institute mengungkapkan optimisme Pemerintah Indonesia terkait pertumbuhan ekonomi di atas lima persen cukup beralasan.

Menurutnya, optimisme Pemerintah harus dilandaskan pada indikator dan ukuran yang reliabel.

“Apa yang disampaikan Pak Airlangga Hartarto Menko Perekonomian bukan sebuah bualan. Pemerintah memang harus selalu optimistis, tapi terukur,” ujarnya di Jakarta, Selasa (11/10/2022).

Kondisi Indonesia sekarang, lanjut Piter, masih cukup baik dan mampu bertahan menghadapi resesi global. Karena, Indonesia berbeda dengan negara-negara yang terlalu bertumpu pada ekspor.

“Perekonomian Indonesia lebih bertumpu kepada konsumsi domestik yang diperkirakan akan membaik seiring meredanya pandemi Covid-19. Selain itu, di sisi ekspor juga masih akan terbantu dengan tingginya harga komoditas,” imbuhnya.

Walau resesi global bisa menahan atau bahkan menurunkan harga komoditas, tapi Piter yakin kondisi itu tidak membuat harga komoditas jatuh.

Pakar ekonomi tersebut menilai, harga komoditas akan tetap tinggi dan menguntungkan Indonesia yang mengandalkan komoditas.

Sehingga, ketika terdampak resesi global, Indonesia diperkirakan masih bisa bertahan walau pertumbuhan ekonomi melambat.

“Kalau pun Indonesia terdampak resesi global, diperkirakan hanya membuat pertumbuhan ekonomi nasional melambat, dan tidak mencapai target di atas lima persen. Itu skenario buruknya. Skenario terbaiknya, tentu masih bisa tumbuh di atas lima persen,” tegas Piter.

Sebelumnya, Airlangga Hartarto Menko Perekonomian bilang pertumbuhan ekonomi pada kuartal III dan IV mampu tembus 5,2 persen year on year (YoY).

Optimisme itu didukung indikator dini yang terus menguat. Proyeksi tersebut lebih rendah dibandingkan capaian pertumbuhan ekonomi pada kuartal II yang mencapai 5,44 persen YoY.

“Pertumbuhan ekonomi dalam tiga kuartal di atas 5 persen, lalu kuartal III dan IV sekitar 5,2 persen yang masih bisa dicapai. Konsumsi rumah tangga masih menguat, serta pembentukan modal tetap bruto (PMTB) dan laju industri pengolahan yang menguat,” paparnya.

Data sektor rill hingga kuartal III 2022 tercatat perbaikan mulai dari neraca perdagangan Agustus tercatat surplus 5,76 miliar Dollar AS, lebih tinggi dibandingkan surplus pada bulan sebelumnya mencapai 4,22 miliar Dollar AS.

Kemudian, indeks keyakinan konsumen (IKK) tercatat masih berada di atas 100 atau 117,2 pada September. Sedangkan posisi cadangan devisa mencapai 130,8 miliar Dollar AS.

“Indikator itu membuktikan tingkat resiliensi Indonesia relatif tinggi. Memang kami lihat beberapa negara memiliki return yang tinggi, disertai tingkat suku bunga hingga saham,” ungkapnya.

Berdasarkan hasil survei Kepuasan Konsumen Bank Indonesia, optimisme masyarakat di tengah kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM) dan keadaan perekonomian dunia masih cukup tinggi.

Eko Listianto Ekonom INDEF menyebut hal itu tercermin dari perilaku konsumsi masyarakat Indonesia terutama menjelang akhir tahun.

Setelah dua tahun dalam keterbatasan, momen Hari Raya Natal dan tahun baru akan lebih meriah karena masyarakat mulai liburan. Pergerakan masyarakat akan tercermin dalam bentuk ekonomi.

“Itu akan terlihat dari tingkat konsumsi, walau ada peningkatan harga,” sebut Eko.

Pada momen Natal dan tahun baru 2023, inflasi diperkirakan di kisaran 6 persen dengan pertumbuhan ekonomi tetap 5 persen karena sokongan ekonomi domenstik.

“Optimisme Pemerintah menurut saya cukup rasional dan objektif. Karena, konsumen pasti membandingkan dengan situasi beberapa bulan lalu, pada waktu masih ada pembatasan kegiatan sosial dan ekonomi. Sekarang, boleh dibilang memasuki endemi, ada optimisme bisa bergerak, berusaha lagi,” jelasnya.

Sementara, konsumsi masyarakat masih tetap tinggi di tengah kenaikan harga akibat penyesuaian harga BBM. Kalangan menengah yang terdampak dengan kenaikan harga, kata Eko, mulai beradaptasi.

“Sebagian besar masyarakat menengah yang terdampak kenaikan harga BBM. Tapi, mereka masih punya tabungan, kondisi itu jauh kalau dibandingkan waktu banyak pembatasan karena tingginya kasus Covid-19,” tandasnya.(rid/ipg)

Berita Terkait

Potret NetterSelengkapnya

Motor Tabrak Pikap di Jalur Mobil Suramadu

Mobil Tertimpa Pohon di Darmo Harapan

Pagi-Pagi Terjebak Macet di Simpang PBI

Surabaya
Jumat, 26 April 2024
29o
Kurs