Jumat, 26 April 2024

Kemenkeu Yakin Resesi Ekonomi Global Tidak Berdampak ke Indonesia

Laporan oleh Dhafintya Noorca
Bagikan
Ilustrasi peti kemas yang akan diekspor. Foto: Kemenkeu

Kementerian Keuangan meyakini resesi ekonomi yang dialami berbagai negara di Eropa dan Amerika, akibat pandemi Covid-19 dan perang Ukraina-Rusia tidak akan membawa dampak yang signifikan kepada Indonesia.

Yustinus Prastowo, Staf Khusus Menteri Keuangan Bidang Komunikasi Strategis mengatakan, ada beberapa indikator yang mendukung optimisme tersebut diantaranya adalah peningkatan APBN, terjaganya konsumsi dalam negeri yang kuat hingga proporsi utang pemerintah yang didominasi investor dalam negeri.

“Dari dinamika politik global memang ada pengaruhnya, tapi APBD masih mampu untuk menopang dan menjadi penyangga beban.  Yang dilakukan pemerintah adalah mengajak seluruh pihak berbagi beban sehingga kelompok menengah ke bawah dibantu dengan subsidi dan bansos, di sisi lain yang mampu diajak berbagi beban dengan penyesuaian tarif listrik untuk 3500 VA misalnya, lalu penyesuaian harga konsumen non pertalite, dan elpiji non 3 kilo,” kata Yustinus dalam program Wawasan di Radio Suara Surabaya, Rabu (20/7/2022).

Dalam indikator peningkatan APBN, Yustinus menjelaskan pendapatan negara disumbang dari penjualan di sektor energi seperti batu bara dan kelapa sawit. Kenaikan di kedua sektor ini menjadi  penyelamat, untuk kompensasi nilai subsidi yang tinggi untuk konsumsi listrik, BBM, dan elpiji.

Yustinus Prastowo meramalkan tahun ini pertumbuhan ekonomi Indonesia,  akan tetap tumbuh 4 hingga 5 persen.

“Angka ini cukup bagus di tengah dinamika global dan ancaman resesi,  mudah-mudahan stabil sampai akhir tahun,” terangnya.

Terkait risiko resesi yang diungkap dalam survei Bloomberg dimana dalam survey tersebut dinyatakan Indonesia masuk dalam 15 negara yang rentan mengalami resesi ekonomi. Staf Khusus Menteri Keuangan ini menjelaskan, risiko resesi ini diperkirakan hanya sebesar 3 persen, karena struktur ekonomi Indonesia cukup bagus.

“Risiko resesinya di angka 3% dibandingkan negara lain yang potensi resesinya bahkan di atas 50%,” ujar Yustinus.

Struktur ekonomi Indonesia ini kata Yustinus, unik. Karena Indonesia sendiri tidak terlalu bergantung pada pasokan global dan konsumsi dalam negeri cukup kuat. Ditambah dengan sumber daya alam berlimpah yang bisa dikonsumsi langsung oleh masyarakat.

“Ketergantungan ekonomi global Indonesia ada pada sektor jasa dan perdagangan. Dan itu presentasenya hanya 25 persen,” jelasnya.

Lalu dari segi utang pemerintah dan swasta, kata Yustinus, saat ini sebagian besar dalam nilai Rupiah dan dipegang oleh investor dalam negeri.

“Dari 100 persen Surat Utang Negara (SUN), hanya 12 persen dari investor luar sedangkan 88 persen Surat Utang Negara dilakukan investor lokal. Artinya kita tidak akan terganggu oleh pergerakan nilai tukar mata uang yang terjadi secara global, karena investor dalam negeri,” urainya.

Agar optimisme tersebut tetap terjaga, Kemenkeu meminta agar berbagai pihak kian solid mulai dari pemerintah pusat, pemerintah daerah, sektor swasta dan rakyat.

“Pemerintah menjaga iklim investasi dan dunia usaha dengan menciptakan perbaikan regulasi dan sistem administrasi dan mengajak sektor swasta yang sudah tumbuh baik untuk ikut membantu berbagi beban mendorong sektor lain untuk tumbuh lebih cepat,” pungkasnya.(dfn/rst)

Berita Terkait

Potret NetterSelengkapnya

Motor Tabrak Pikap di Jalur Mobil Suramadu

Mobil Tertimpa Pohon di Darmo Harapan

Pagi-Pagi Terjebak Macet di Simpang PBI

Surabaya
Jumat, 26 April 2024
27o
Kurs