
Fenomena rombongan jarang beli (Rojali) dan rombongan hanya nanya (Rohana), menurut Sutandi Purnomosidi Ketua Asosiasi Pengelola Pusat Belanja Indonesia (APPBI) Jawa Timur, tidak terjadi di Surabaya.
Sutandi mengatakan bahwa di Kota Surabaya, tren kunjungan dan pembelian di pusat perbelanjaan tergolong masih kondusif.
“Kalau di Surabaya, semuanya masih kondusif. Itu mereka (Rojali dan Rohana), KTP-nya Jakarta. Jadi mereka hanya ada di Jakarta saja,” kata Sutandi, Minggu (3/8/2025).
Sutandi membenarkan, memang ada tren penurunan pembelian. Tapi itu terjadi setelah liburan sekolah dan setelah Idulfitri, sehingga masih tergolong dalam tahap wajar.
Bos Pemilik Pakuwon Group itu menerangkan, sirkulasi perekonomian di mal masih cukup aman atau cenderung sama jika dibandingkan tahun 2024 lalu.
“Saya tidak bilang 2024 lebih baik. Tapi kalau dilihat, memang tidak ada penurunan tahun ini. Jadi mirip-mirip lah. Tidak ada growth yang signifikan, tapi juga tidak turun,” jelasnya.
Ia menganggap bahwa siklus penurunan pembelian seperti itu memang selalu terjadi setiap tahunnya.
“Siklus retail memang seperti itu. Kalau musim anak sekolahan masuk, penjualan pasti turun. Namun masih masuk dalam hal yang wajar, bukan ekstrem,” lanjutnya.
Menurut Sutandi, wajar saja jika masyarakat datang ke mal tapi tidak untuk belanja atau hanya melihat-lihat saja. Karena konsep mal adalah civic center (pusat kota).
“Artinya kalau dulu mungkin orang jalan-jalan di alun-alun begitu kan ya. Kalau sekarang jalan-jalan di mal pun ya boleh-boleh saja,” terangnya.
Meski begitu, Sutandi menyarankan agar pengusaha juga tetap berupaya mempertahankan pertumbuhan mereka lewat event-event untuk menarik pengunjung.
“Karena memang sekarang masyarakat harus dirangsang dengan cara itu. Supaya tingkat kunjungan dan pembelanjaan di mal tetap stabil,” tandasnya. (kir/saf/ham)