
Sepinya pusat perbelanjaan dinilai bukan disebabkan fenomena rombongan jarang beli (rojali) maupun rombongan hanya nanya (rohana), melainkan karena perubahan gaya hidup masyarakat yang kini serba digital.
Dilansir dari Antara, perubahan gaya hidup tersebut mendorong masyarakat lebih memilih berbelanja melalui niaga elektronik (e-commerce) dibanding datang langsung ke mal.
“Kita bisa melihat bagaimana sekarang mal-mal sepi. Bukan karena rojali atau rohana, tetapi utamanya karena gaya hidup yang berubah. Sekarang kita pergi ke mal bukan untuk belanja, karena belanjanya sudah dilakukan secara online,” kata Piter Abdullah ekonom dari Prasasti Center for Policy Studies (Prasasti), Selasa (12/8/2024).
Ia menjelaskan, perubahan perilaku ini juga terlihat di supermarket yang kini jarang dipenuhi antrean pembayaran.
Sebab, mayoritas masyarakat sudah membeli pakaian, makanan, bahkan kebutuhan sehari-hari secara daring karena dianggap lebih mudah dan murah.
“Sekarang ini saya hampir tidak pernah lagi belanja di mal. Semuanya online. Bahkan belanja kebutuhan sehari-hari untuk masak itu online,” terangnya.
Ia menambahkan, transaksi digital kini mencakup berbagai sektor, termasuk munculnya lapangan kerja baru seperti pekerja gig dan kreator konten.
“Sebenarnya rojali, (dan) rohana itu bukan mengindikasikan bahwasannya konsumsi benar-benar turun. Karena sebenarnya terjadi pergeseran dari cara kita belanja yang selama ini belanja langsung di pusat perbelanjaan, di mal, menjadi online,” katanya. (ant/saf/ipg)