
Tim Pengendali Inflasi Daerah (TPID) Kota Surabaya memantau harga komoditas pokok yang menurun, yaitu cabai rawit dan tomat sayur.
Antiek Sugiharti Kepala Dinas Ketahanan Pangan dan Pertanian (DKPP) Kota Surabaya menyebut, harga cabai dan tomat sayur di Surabaya tidak ada peningkatan, tapi justru menurun.
“Kami kan (TPID) melakukan pemantauan setiap hari. Dari data kami, harga tomat sayur dan cabai itu masih stabil, harganya masih sama, tidak terjadi peningkatan,” kata Antiek, Rabu (30/7/2025).
Harga cabai rawit menurun sejak awal Juli 2025. Minggu pertama harga jualnya Rp62.380 ribu per kilogram. Minggu kedua Rp64.822 ribu per kilogram. Minggu ketiga Rp55.140 ribu per kilogram. Minggu keempat Juli 2025 Rp44.148 ribu per kilogram.
Sementara tomat pada minggu pertama Juli 2025 Rp27.800 ribu per kilogram. Minggu kedua Juli 2025 Rp29.625 ribu per kilogram. Lalu minggu ketiga Rp28.200 ribu per kilogramnya. Minggu keempat Juli 2025 Rp24.333 ribu per kilogram.
“Justru di bulan Juli ini mengalami penurunan harga. Karena data kita ini kan setiap hari harus dilaporkan, kami juga mencoba melakukan pengecekan baik melalui aplikasi yang dimiliki oleh provinsi maupun yang di pemerintah kota, termasuk yang ada di pasar-pasar,” jelas Antiek.
Menurutnya, perubahan musim dingin, bediding di Jatim tidak memengaruhi jumlah hasil panen cabai rawit dan tomat. Stoknya masih mencukupi.
“Pasokan cabai rawit merah dan tomat sayur ini kebanyakan kita dapatkan dari daerah di Jatim. Di antaranya ada Kediri, Blitar, Pasuruan dan masih ada beberapa daerah lainnya. Artinya selama ini juga tidak ada kendala dan pengaruhnya sama komoditas ini,” ucapnya.
TPID akan terus berkoordinasi dengan Asosiasi Petani Cabai Indonesia (APCI) dari berbagai daerah penghasil cabai di Jatim.
“Sampai saat ini, kami terus berkomunikasi dengan daerah penghasil (cabai). Harganya tetap stabil, meskipun ada sejumlah daerah yang permintaan cabainya meningkat,” ujarnya.
Ia mengimbau masyarakat untuk tak khawatir soal stok cabai rawit merah dan tomat sayur di Surabaya.
“Yang terpenting adalah masyarakat harus bisa mengonsumsi secukupnya sehingga tidak banyak yang terbuang. Jika dikonsumsi secara berlebihan, justru akan menyebabkan food waste (terbuang sia-sia) semuanya. Jadi stoknya aman, sampai hari ini kita pastikan aman,” tandasnya. (lta/saf/ipg)