
Kementerian Perindustrian (Kemenperin) optimistis industrusi perhiasan domestik dapat menopang pemajuan ekonomi nasional, karena memiliki nilai tambah dan daya saing tinggi.
Reni Yanita Direktur Jenderal Industri Kecil, Menengah dan Aneka (IKMA) Kemenperin menyatakan optimisme itu muncul mengingat nilai ekspor barang perhiasan dan barang berharga Indonesia pada Desember 2024 mencapai 435 juta dolar AS atau Rp7,1 triliun (kurs Rp16.322).
Angka itu meningkat 17,9 persen secara bulanan (month to month). Apabila diakumulasi sepanjang tahun 2024 nilai ekspor barang perhiasan dan barang berharga mencapai 5,5 miliar dolar AS atau Rp89,7 triliun.
“Kami memiliki optimisme yang tinggi terhadap peningkatan ekspor industri perhiasan di tahun 2025, dengan harapan kondisi perekonomian global dapat semakin membaik,” terangnya, melansir Antara, Kamis (6/3/2025).
Lebih lanjut, Dirjen IKMA menjelaskan industri perhiasan saat ini mengalami transformasi seiring dengan perubahan gaya hidup, teknologi, dan tren pasar global.
Tren yang sedang berkembang dalam industri perhiasan, di antaranya adalah penggunaan desain minimalis dan sentuhan teknologi seperti 3D printing, yang memungkinkan produsen menciptakan perhiasan dengan tampilan mewah namun bobot lebih ringan.
Teknologi ini juga mendorong personalisasi produk sesuai selera dan kebutuhan konsumen, terutama generasi muda.
“Perhiasan tidak lagi hanya digunakan dalam acara perayaan tertentu, tetapi juga telah menjadi bagian dari gaya hidup sehari-hari. Oleh sebab itu, desain perhiasan terus berkembang, mengikuti permintaan pasar yang mengarah pada desain yang lebih minimalis, fungsional, dan elegan,” ungkapnya.
Menurutnya, industri perhiasan memiliki potensi pasar yang besar karena didukung oleh kreativitas para perajin yang mampu menghasilkan beragam produk mengikuti tren pasar.(ant/kir/ipg)