
Budi Santoso Menteri Perdagangan (Mendag) RI menekankan perlunya dukungan politik yang kuat untuk menjaga nilai dan prinsip dasar Organisasi Perdagangan Dunia (WTO).
Melansir dari Antara pada sesi ketiga G20 Trade and Investment Ministerial Meeting (TIMM) di Gqeberha, Afrika Selatan, Jumat (10/10/2025), Mendag menyampaikan intervensinya terkait dukungan politik global untuk reformasi WTO.
“Para menteri harus mengambil langkah pertama untuk mencari titik temu, membangun kembali kepercayaan terhadap sistem, dan mendorong pemanfaatan mekanisme WTO. Meskipun, dalam beberapa hal, kita harus bersiap menghadapi badai,” kata Budi dalam keterangan di Jakarta, Senin.
Dalam konteks ini, Indonesia mengapresiasi proses reformasi WTO yang tengah difasilitasi di Jenewa oleh Duta Besar Peter Olberg. Indonesia mendorong agar hasil-hasil positif dari area yang masih berfungsi dengan baik di WTO dapat disebarluaskan kepada khalayak politik yang lebih luas.
Budi juga menegaskan kembali pentingnya nilai-nilai yang terkandung dalam Pembukaan (Preamble) Persetujuan Marrakesh sebagai pedoman bagi sistem perdagangan multilateral.
“Komitmen bersama ini mencerminkan pengakuan akan peran vital perdagangan dalam mendorong pertumbuhan dan pembangunan,” ujarnya.
Menurutnya, pembahasan mengenai reformasi WTO sangat penting dan mendesak di tengah meningkatnya langkah-langkah unilateral yang mengancam prinsip dasar sistem perdagangan multilateral.
Proliferasi langkah-langkah unilateral telah menimbulkan skeptisisme dan mengikis kepercayaan terhadap sistem perdagangan multilateral. Akibatnya, sebagian anggota mulai melihat WTO bukan lagi solusi permasalahan perdagangan.
“Dengan segala kekurangannya, saya yakin WTO adalah aset global yang berharga dan esensial. Kita perlu menavigasinya di antara karang dan batu karang untuk menciptakan pelabuhan yang aman,” jelas Budi.
Lebih lanjut, Budi menyampaikan, dalam G20 TIMM, para menteri perdagangan negara-negara G20 telah menyepakati beberapa pernyataan bersama yang memiliki beberapa poin penting.
Pertama, menegaskan komitmen terhadap sistem perdagangan multilateral yang adil, inklusif, transparan, dan berkelanjutan melalui agenda reformasi WTO.
Kedua, mendukung kesuksesan Konferensi Tingkat Menteri (KTM) ke-14 WTO pada Maret 2026 di Kamerun.
Ketiga, menekankan pentingnya diversifikasi rantai pasok global dalam mencapai pertumbuhan yang inklusif. Keempat, mendukung kontribusi perdagangan dan investasi dalam industrialisasi.
“Indonesia mengajak seluruh negara anggota G20 untuk menahan diri agar tidak menjadikan perdagangan sebagai instrumen politik, serta terus mengedepankan dimensi pembangunan bagi negara berkembang dalam setiap perjanjian perdagangan internasional,” imbuhnya.(ant/mas/iss)