
Nilai tukar (kurs) rupiah pada pembukaan perdagangan, Kamis (4/9/2025) melemah sebesar 28,50 poin atau 0,17 persen menjadi Rp16.444 per dolar Amerika Serikat (AS).
Melemahnya nilai rupiah ini menurut Lukman Leong analis mata uang Doo Financial Futures karena sikap pelaku pasar yang masih wait and see terhadap data ekonomi AS.
“Investor masih cenderung wait and see data-data ekonomi AS selama dua hari ke depan. Selain itu, walau sell-off obligasi di negara ekonomi utama dunia mereda, namun masalah yang memicu fiskal dan politik belum hilang,” kata Lukman, melansir Antara.
Selama pekan ini, menurut dia, pelaku pasar akan menantikan data Purchasing Managers’ Index (PMI) Jasa AS yang akan dirilis pada Kamis, serta data ketenagakerjaan atau Non-Farm Payrolls (NFP) AS pada Jumat (5/9/2025).
Melansir laporan S&P Global pada Selasa (2/9/2025), PMI Manufaktur AS diproyeksikan akan mencapai 53,0 pada Agustus 2025, atau meningkat dari sebelumnya 49,8 pada Juli 2025, serta menandai peningkatan terkuat sejak Mei 2022.
Kondisi operasional manufaktur AS membaik ke level tertinggi di tengah lonjakan produksi, pertumbuhan solid jumlah pesanan baru yang masuk, serta peningkatan persediaan barang perusahaan manufaktur yang juga mempekerjakan lebih banyak pekerja, meningkat selama delapan bulan berturut-turut.
Di sisi lain, Lukman mengatakan masih ada potensi penguatan nilai tukar rupiah terhadap dolar AS perdagangan hari ini, seiring dengan data ketenagakerjaan AS The Job Openings and Labor Turnover Survey (JOLTS) yang menunjukkan lowongan kerja yang lebih rendah dibandingkan estimasi pasar.(ant/kir/ipg)