
Nilai tukar rupiah pada pembukaan perdagangan Rabu (24/9/2025) di Jakarta, menguat sebesar 4 poin atau 0,03 persen menjadi Rp16.684 per dolar Amerika Serikat (AS) dari sebelumnya Rp16.688 per dolar AS.
Rully Nova analis mata uang memperkirakan nilai tukar (kurs) rupiah melemah seiring sikap wait and see investor menjelang rilis data inflasi inti Personal Consumption Expenditures (PCE) Amerika Serikat (AS).
“Rupiah pada perdagangan hari ini diperkirakan melemah kisaran sempit Rp16.680-Rp16.710, dipengaruhi oleh faktor global kenaikan index dollar sehubungan dengan wait and see data inflasi inti PCE AS yang akan rilis Jumat (26/9) malam,” ujarnya dilansir dari Antara.
Infilasi inti PCE AS bulanan pada Agustus 2025 diperkirakan berkisar 0,2 persen, di bawah realisasi Juli 2025 yang sebesar 0,3 persen.
Sentimen negatif rupiah juga berasal dari pernyataan Gubernur Federal Reserve (The Fed) Jerome Powell yang kurang dovish perihal potensi pemangkasan suku bunga AS.
“Pernyataan Ketua The Fed yang menyatakan bahwa penurunan suku bunga ke depan masih akan terbatas karena risiko inflasi akibat kebijakan tarif, hal tersebut semakin memperuncing perpecahan dengan anggota The Fed yang lain yang menginginkan penurunan suku bunga lanjutan, serta menambah ketidakpastian kebijakan suku bunga ke depan,” ungkap Rully.
Melihat sentimen dari dalam negeri, pelemahan kurs rupiah dipengaruhi sikap pelaku pasar yang mencemaskan disiplin fiskal pemerintah dan independensi Bank Indonesia (BI).
“(Apa yang dikhawatirkan pelaku pasar adalah) posisi defisit anggaran yang saat ini sudah mendekati batas threshold di 3 persen,” kata. (ant/saf/ipg)