
Nilai tukar (kurs) Rupiah pada penutupan perdagangan hari Selasa (29/7/2025) di Jakarta, melemah sebesar 45 poin atau 0,28 persen menjadi Rp16.409 per dolar AS dari sebelumnya Rp16.364 per dolar AS.
Sedangkan kurs Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (JISDOR) Bank Indonesia pada hari ini juga melemah ke level Rp16.399 per dolar AS dari sebelumnya sebesar Rp16.341 per dolar AS.
Pelemahan kurs Rupiah ini dipengaruhi negosiasi Amerika Serikat (AS) dengan China yang akan memperpanjang pengenaan tarif baru yang memberikan sentimen positif terhadap indeks dolar AS.
“Kesepakatan dagang Amerika dan China terakhir diperkirakan akan diperpanjang jeda pengenaan tarif baru seiring dengan semakin dekatnya batas waktu realisasi tarif pada 1 Agustus,” kata Rully Nova analis Bank Woori Saudara dilansir dari Antara.
Pemerintah China, menjelang pertemuan lanjutan di Swedia, mengaku masih berharap AS dapat terus melanjutkan kesepakatan yang dicapai sebelumnya terkait perang dagang.
Perwakilan dari China dan AS yaitu He Lifeng Wakil Perdana Menteri China dan Scott Bessent Menteri Keuangan AS diketahui bertemu pada 28-29 Juli 2025 di Stockholm, Swedia, untuk membahas tarif dagang kedua negara.
Pertemuan di Swedia itu adalah tatap muka lanjutan setelah di Jenewa, Swiss pada Mei 2025 dan di London, Inggris, pada Juni 2025 dimana barang AS ke China telah dipangkas tarifnya menjadi 10 persen, sementara barang-barang China ke AS terkena tarif 30 persen.
Namun, keputusan pertemuan sebelumnya punya tenggat waktu yaitu 90 hari dan akan berakhir pada 12 Agustus 2025. Sebelumnya, bea impor terhadap produk China yang masuk ke AS adalah sebesar 145 persen sedangkan China menetapkan tarif 125 persen terhadap produk AS.
Pertemuan Stockholm tersebut terjadi di tengah ancaman kenaikan tarif impor barang ke AS seperti yang disampaikan Presiden Donald Trump, efektif berlaku 1 Agustus. Tarif yang lebih tinggi, yang diancamkan terhadap mitra dagang AS adalah sebesar 10-50 persen.
Pada 2024, AS mencatat defisit neraca perdagangan dengan China sebesar 295,5 miliar dollar AS. Sebagai perbandingan, AS mencatat defisit 418 miliar dollar AS pada 2018. Defisit AS mulai menurun beberapa tahun terakhir.
“(Negosiasi AS dengan China) memberi sentimen positif terhadap penguatan indeks dolar dan secara otomatis memperlemah rupiah,” ungkapnya.
Sentimen lain terhadap pelemahan rupiah ialah dampak kesepakatan tarif antara AS dengan Uni Eropa (UE), di mana Paman Sam AS sudah mencapai kesepakatan kerangka perdagangan dengan UE dengan mengenakan tarif impor 15 persen pada sebagian besar barang asal Eropa yang masuk ke AS.
“Sementara dari domestik, (sentimen berasal dari) pasar obligasi negara mengalami tekanan yang besar dan pengalihan dari yang denominasi rupiah ke dolar,” ujar Rully. (ant/ata/saf/ipg)