
Lukman Leong analis mata uang menyebut pelemahan nilai tukar (kurs) rupiah dipengaruhi optimisme Donald Trump Presiden Amerika Serikat (AS) terhadap negosiasi terkait tarif dengan Uni Eropa (UE).
“EU dan AS telah menetapkan tanggal untuk bertemu,” ucapnya dilansir dari Antara pada Rabu (28/5/2025).
Trump disebut memuji keputusan UE untuk mempercepat negosiasi perdagangan dengan mengatakan bahwa itu “peristiwa positif”.
Trump mengharapkan UE akan terbuka berdagang dengan AS sebagaimana permintaan yang sama terhadap China.
Setelah tak menemukan hasil dalam diskusi pada 23 Mei, AS merekomendasikan tarif sebesar 50 persen terhadap UE mulai 1 Juni.
Ursula von der Leyen presiden Komisi Eropa segera menghubungi Trump pasca keputusan tersebut, kemudian AS memundurkan jadwal penerapan tarif menjadi pada 9 Juli.
Dalam sebuah pernyataan yang diunggah di platform Truth Social, Trump mengklaim bahwa von der Leyen telah meminta perpanjangan dan bahwa ia mengatakan “pembicaraan akan segera dimulai.” Ursula menyebut izin untuk penundaan sebagai sebuah hak istimewa.
Paula Pinho Juru Bicara Komisi Eropa mengatakan, Trump dan von der Leyen setuju untuk mempercepat negosiasi perdagangan dan tetap berhubungan erat.
Di sisi lain, potensi pelemahan kurs rupiah dipengaruhi data penjualan barang tahan lama AS yang lebih kuat dari perkiraan, yakni minus 6,8 persen dari prediksi minus 7,8 persen.
“Rupiah diperkirakan akan berkonsolidasi dengan potensi melemah batas terhadap dolar AS yang melanjutkan rebound setelah data penjualan barang tahan lama di AS yang lebih kuat dari perkiraan,” ungkap Lukman.
Berdasarkan faktor-faktor tersebut, rupiah diperkirakan berkisar Rp16.200-Rp16.300 per dolar AS.
Nilai tukar rupiah pada pembukaan perdagangan Rabu pagi di Jakarta melemah sebesar 8 poin atau 0,05 persen menjadi Rp16.295 per dolar AS dari sebelumnya Rp16.287 per dolar AS. (ant/saf/ipg)