Prof Dr Ir MOHAMMAD NUH DEA Menteri Komunikasi dan Informatika (Menkominfo), menawarkan bantuan untuk menentukan (itsbat) awal-akhir puasa itu dengan menggunakan teknologi informasi (TI).
“Kami akan memanfaatkan teropong bintang di Boscha, Bandung untuk melihat hilal (bulan sabit –Red.), datanya kemudian dikirim ke kantor saya dan direlai melalui televisi,” ujar Menkominfo saat di Probolinggo.
Mantan Rektor ITS Surabaya itu datang ke Probolinggo untuk meresmikan perubahan nama website Pemkab Probolinggo, Minggu (19/08) malam. Dalam acara sekaligus peringatan Isra’ Mi’raj itu, Menkominfo juga menjadi penceramah tunggal.
Bagi NUH, muncul dan tenggelamnya rembulan merupakan gejala alam (sunatullah) dan bersifat tetap. Sama dengan gejala air yang mendidih jika dipanasi dengan suhu 100 derajat Celcius. “Ya kita pasang teropong, yang mana itu hilal. Kita dulu dibujuki terus karena tidak pernah tahu sendiri hilal itu seperti apa. Saya pikir boleh pakai teropong, seperti kalau kita pakai kacamata, hanya saja kacamata yang dipanjangkan,” ujarnya seperti dalam siaran pers Depkominfo yang diterima suarasurabaya.net, Senin (20/08) sore.
Menkominfo mengaku prihatin demi menyaksikan, kaum muslimin di Indonesia sampai terpecah tiga kelompok saat menentukan awal-akhir Ramadan. “Mosok Hari Raya beda terus. NU dengan ru’yah-nya, Muhammadiyah dengan hisab-nya, dan Hizbut Tahrir dengan ru’yah internasional-nya,” ujarnya.
“Ini kan perkara teknis sebenarnya, tapi begitu ditarik ke masalah syar’i (hukum agama –Red) ya tentu saja bisa berimplikasi syar’i. Kalau hari raya beda sehari kok masih mungkin, tapi kalau sampai dua hari, aneh,” ujar Menkominfo.
Ditemui usai cemarah agama, Menkominfo mengaku, upaya kementerian yang dipimpinnya dalam penentuan awal-akhir Ramadhan sebatas membantu Departemen Agama (Depag). “Yang punya kewenangan penentuan awal-akhir Ramadan, juga haji adalah Depag, kami sebatas ingin membantu melalui TI,” ujarnya.
Depag perlu dibantu masalah teknis seperti pengoperasioan teropong di Boscha, Bandung yang kemudian bisa direlai ke televisi. “Depag memang harus bekerjasama dengan departemen-departemen lain,” ungkap NUH.
Menkominfo menilai, rasanya aneh kalau umat Islam yang jumlahnya sekitar 200 juta jiwa ini tidak bisa melihat bulan, apalagi di era TI seperti sekarang. “Kebetulan 27 Agustus mendatang ada gerhana bulan, nanti teropong di Boscha akan kita uji coba untuk mengamati bulan dari detik ke detik, kita tampilkan di televisi. Ru’yah kan juga seperti itu,” jelasnya.
Kalau masyarakat bisa menyaksikan muncul dan tenggelamnya bulan dengan TI, kata Menkominfo, tidak perlu lagi gontok-gontokan. “Tinggal lihat di TV, bulan sudah muncul apa belum, selesai,” ujarnya.(ipg)
NOW ON AIR SSFM 100
