Jumat, 17 Mei 2024

Anak Didik Minim, Sekolah Berkebutuhan Khusus Jemput Bola

Laporan oleh Sentral FM Lumajang
Bagikan

Sekolah berkebutuhan khusus di Kabupaten Lumajang, diantaranya SD, SMP dan SMA Luar Biasa Bhakti Wanita di Jl. Veteran, Kecamatan Kota Lumajang supaya tetap eksis, terpaksa jemput bola untuk mencari siswa.

Hal ini dilakukan karena pada setiap tahun ajaran baru, Anak Berkebutuhan Khusus (ABK) yang mendaftar sangat minim. Kondisi itu diungkapkan Yulis Sri Rahayu, Spd Kepala Sekolah SMP Luar Biasa Bhakti Wanita kepada Sentral FM ketika ditemui di kantornya, Jumat (9/5/2014).

Dikatakannya, untuk tahun ajaran 2014 ini, SMP Luar Biasa Bhakti Wanita menampung 31 anak didik berkebutuhan khusus. Tahun 2013 mencapai 33 anak didik yang terbagi dalam klasifikasi A untuk Tuna Netra, B untuk Tuna Rungu Wicara, C untuk Tuna Grahita, D untuk Tuna Daksa dan Autis. “Yang paling banyak adalah Tuna Grahita dan Tuna Rungu,” kata Yulis Sri Rahayu.

Sementara, jumlah pendidiknya hanya 7 orang guru plus Kepala Sekolah. Jumlah pendidik ini sangat minim dan kurang ideal. Pasalnya, untuk anak berkebutuhan khusus atau ABK, 5 anak didik idealnya bisa diawasi oleh seorang pendidik. “Menilik jumlah guru yang minim, di sini satu guru bisa lebih dari 5 anak didik,” paparnya.

Di tengah minimnya pendidik bagi anak berkebutuhan khusus di SMP Luar Biasa Bhakti Wanita ini, akhirnya sekolah menerapkan penggabungan. Semisal, untuk siswa Tuna Rungu ada yang mengawasi 6 anak dan digabung dengan siswa Tuna Netra. Hal ini dinilai maish bisa dilakukan, karena SMP Luar Biasa Bhakti Wanita juga memiliki lokal ruang kelas yang minim.

“Kami hanya memiliki tiga lokal ruang saja. Termasuk ruang kantor, ruang guru dan UKM. Semuanya kita sket karena memang terbatas,” bebernya. Yang menjadi prioritas, masih kata Yulis Sri Rahayu, adalah pengawasan untuk anak autis hiperaktif yang menurutnya membutuhkan kesabaran ekstra.

“Sebab anak autis ini biasanya aktif, lari-lari dan konsentrasinya tidak terpusat. Untuk itu, idealnya 5 anak dibutuhkan satu pendidik. Namun kita kekurangan guru, caranya anak autis biasanya kita tempatkan di barisan paling depan hingga bisa terawasi,” jlentreh Yulis Sri Rahayu.

Menyangkut minimnya anak didik di SMP Luar Biasa Bhakti Wanita, ia mengungkapkan, bahwa masih ada stigma di masyarakat bahwa anak berkebutuhan khusus tidak memerlukan pendidikan. Hal ini disampaikan orangtua anak didik, karena mereka merasa pasrah dengan kondisi anaknya.

“Orangtua menganggap anak yang berkebutuhan khusus tidak akan bisa berkembang lagi mencapai cita-citanya. Padahal, haknya sama, wajib belajar yang juga harus dipenuhi kepada anak. Kendala lain adalah rumahnya jauh dan masalah biaya pendidikan. Untuk itu, pendidik smapai jemput bola langsung ke masyarakat agar anak berkebutuhan khusus bisa bersekolah,” jlentreh Yulis Sri Rahayu.

Untuk meluruskan anggapan para orangtua didik bagi anak berkebutuhan khusus ini, Yulis Sri Rahayu menyampaikan, pihaknya kerap mendatangi pertemuan PKK dan berbagai momentum pertemuan lainnya untuk sosialisasi. Ia banyak menyampaikan, bahwa ABK atau Anak Berkebutuhan Khusus juga membutuhkan pendidikan.

Dengan demikian ada informasi bahwa ada ABK di tengah-tengah masyarkaat yang belum bersekolah kemudian dirangkul agar bisa bersekolah. “Sampai-sampai, guru di sini juga menjemput anak didik untuk bersekolah. Inilah suka duka kami menjadi pendidikan bagi anak berkebutuhan khusus,” paparnya.

Padahal, sambung Yulis Sri Rahayu, potensi dari anak berkebutuhan khusus ini juga luar biasa. Sebab, di tengah kekurangan mereka, ada kelebihan tersendiri yang patut untuk dioptimalkan. Diantaranya, dalam bidang kesenian dan kebudayaan, keilmuan dan lainnya.

“Sebagai contoh, dalam bidang musik dan tarik suara, anak-anak didik kami di sini, ada yang meraih juara di tingkat Provinsi. Bisa kerajinan, hasil karya anak didik kami juga bagus-bagus dan layak untuk dipasarkan. Tidak hanya itu saja, dalam bidang keilmuan, ada anak didik kami yang menang dalam olimpiade Matematika atas nama Teguh Ardiansyah, di bidang tata rias modeling juga menonjol,” demikian pungkas Yulis Sri Rahayu. (her/ipg)

Teks Foto :
– Anak didik di sekolah berkebutuhan khusus di Kabupaten Lumajang.
Foto : Sentral FM

Berita Terkait

..
Potret NetterSelengkapnya

Massa Hari Buruh Berkumpul di Frontage Ahmad Yani

Motor Tabrak Pikap di Jalur Mobil Suramadu

Mobil Tertimpa Pohon di Darmo Harapan

Surabaya
Jumat, 17 Mei 2024
33o
Kurs