Aksi pengeroyokan sadis terhadap warga penolak tambang di Desa Selok Awar-Awar, Kecamatan Pasirian, Kabupaten Lumajang berlangsung sadis. Itu seperti yang diceritakan anak dan istri Salim alias Kancil (52), warga Dusun Krajan II yang menjadi korban tewas dalam peristiwa tersebut.
Dio Eko Saputro (12), anak kedua Salim yang masih duduk di bangku kelas 5 SD kepada Sentral FM mengatakan peristiwa kekerasan yang menimpa bapaknya itu terjadi di depan sang anak.
“Bahkan, Tijah, ibu saya juga tahu. Karena waktu itu bapak sedang berada di teras rumah dan bersiap berangkat kerja jadi tukang bangunan. Tiba-tiba ada 5 orang warga yang semuanya saya kenali datang dan langsung mengeroyok bapak. Bapak tidak bisa melakukan perlawanan karena yang dihadapi sebanyak 5 orang,” katanya.
Kata Dio bapaknya dihantam dengan batu hingga terjatuh dan kepalanya diinjak oleh pelaku. “Kejadiannya sekitar pukul 08.00. Pelakunya diantaranya Dasir, Siari, Domben, Bambang dan Siyo. Kelima orang ini datang ke rumah saya mengendarai motor. Dan Bapak langsung dibonceng Dasir, katanya akan dibawa ke Kantor Desa,” paparnya.
Mengetahui insiden pengeroyokan terhadap Salim alias Kancil di rumahnya sendiri, keluarga juga tidak bisa berbuat banyak. Dio Eko Saputro yang masih bocah dan Tijah, istri Salim hanya bisa panik saja. Selanjutnya ia memanggil pamannya untuk melaporkan kejadian tersebut.
Sayangnya tak lama kemudian, pihak keluarga mendapatkan kabar tewasnya Salim alias Kancil yang selama ini dikenal kritis menolak aktivitas penambangan pasir yang mengakibatkan sawahnya rusak dan tidak bisa panen.
“Saya dan keluarga lain menemukan bapak (Salim, red) tergeletak di jalanan dekat kuburan Desa. Bapak sudah meninggal dengan kondisi tertelungkup dan lengan diikat ke belakang. Kepala terluka parah dan banyak sekali ceceran darah,” jelasnya.
Informasi yang dihimpun Sentral FM, Salim alias Kancil ternyata memang benar dibawa ke Kantor Desa Selok Awar-Awar oleh Dasir Cs yang dikenal sebagai anggota kelompok warga pro tambang bentukan Kades setempat. Dan di Kantor Desa, Salim alias Kancil kembali dianiaya secara brutal. Tidak hanya dihantam dengan batu dan kayu saja kepalanya.
“Bahkan, bapak juga disetrum secara sadis di Kantor Desa. Ini informasi yang saya dapatkan dari warga lainnya. Akhirnya, bapak dibawa ke lokasi dekat kuburan dan disana dibunuh. Kami sekeluarga meminta agar para pelaku dihukum mati saja. Kami tidak terima,” ucap Dio Eko Saputro sambil menangis.
Sementara itu, korban Salim alias Kancil sendiri, setelah menjalani otopsi di ruang pemulasaraan RSD dr Haryoto Lumajang langsung dibawa kembali ke rumah duka untuk dimakamkan. “Suami saya dimakamkan, pukul 17.00 petang kemarin. Malamnya, keluarga bersama para tetangga langsung tahlilan,” kata Tijah. (her/rs)
Teks Foto :
– Dio Eko Saputro, anak kedua korban Salim alias Kancil bersama keluarganya di rumah duka.
– Warga bertakziah di rumah duka keluarga Salim alias Kancil.
Foto : Sentral FM.
NOW ON AIR SSFM 100
