Sabtu, 27 Desember 2025

Harga Bersaing Dengan Sapi Impor, Keuntungan Peternak Lokal Menyusut

Laporan oleh Sentral FM Lumajang
Bagikan

Penjualan sapi dengan pengiriman ke berbagai kota besar, khususnya DKI Jakarta, tidak seperti lebarn tahun sebelumnya.

Para peternak daerah atau peternak lokal harus dihadapkan dengan persaingan harga yang ketat setelah sapi impor masuk ke Indonesia. Kondisi saat ini menjelang lebaran yang biasanya permintaan sapi melimpah namun kali ini mulai berkurang.

“Padahal, kami sudah mempersiapkan cukup banyak ternak sapi sejak sebelum ramadhan untuk stok dikirim ke sejumah kot abesar, termasuk DKI Jakarta. Tapi saat ini permintaannya tidak sebanyak tahun lalu. Bahkan, keuntungan dari penjualan sapi juga tidak seperti tahun lalu,” kata H Babun, salah-seorang peternak dari Lumajang kepada Sentral FM, Rabu (8/7/2015).

Pasalnya, masih katanya, kali ini banyak sapi impor yang masuk ke pasaran.” Yang saya maksud, daging impor ini sudah membanjiri pasaran. Sehingga harga sapi lokal harus ikut bersaing. Dan dampaknya keuntungan kami menyusut,” paparnya.

Ia menjelaskan, sebelumnya telah mantergetkan dari penjualan sapi perekor bisa mendapatkan keuntungan dari kenaikan harga sampai 15 persen. Akan tetapi sapi impor masuk, sehingga keuntungan jadi berkurang menjadi 7,5 persen sampai 10 persen,” terangnya.

Meski, lanjut H Babun, harga sapi saat ini masih stabil pada kisaran antara Rp20 jutaan perekornya. Untuk daging atau karkas, perekor bisa 50 persen dari berat hidup untuk hewan ternak yang baik.”Kalau berat hidupnya mencapai 350 kilogram, berarti berat karkasnya sekitar 175 kilogram saja atau separuhnya,” urainya.

Dari data yang dihimpun Sentral FM, sebelumnya ramadhan lalu Kementerian Perdagangan memberikan sinyal untuk mendatangkan 279 ribu ekor sapi impor. Diantara sapi yang didatangkan, diantaranya juga sapi siap potong untuk menjaga stabilitas harga daging sapi saat bulan Ramadan dan Lebaran.

Sementara itu, terkait dengan lesunya pengiriman ternak sapi dari Lumajang kondisi ini, M Syamsudin Kasi Kesehatan Hewan (Keswan) Dinas Peternakan Kabupaten Lumajang mengakuinya. Ia menyatakan, peternak lokal sempat enggan mengirimkan sapi ke kota besar karena keuntungan tidak maksimal.

“Hal ini dipicu masuknya sapi impor meski harga daging di kota besar semakin mahal. Penyebab lainnya ada yang karena masalah pembayaran yang tertunda dan sebagainya. Namun yang krusial adalah karena banyaknya sapi impor yang membanjiri pasaran. Meski demikian, peternak masih ada yang mengirim sapi ke luar daerah, termasuk DKI Jakarta. Hanya keuntungannya juga menyusut,” jelasnya.

Lebih lanjut diungkapkannya, populasi ternak sapi di Kabupaten Lumajang saat ini mencapai 170 ribu ekor.” Ini sesuai data hasil Sensus Ternak BPS. Jumlah peternaknya mencapai 80 ribu. Dan untuk Provinsi Jawa Timur, Kabupaten Lumajang menempati urutan ke-12 dengan jumlah populasi ternak terbanyak,” ujarnya. (her/dwi)

Teks Foto :
– Komoditi sapi yang dibudidayakan peternak Kabupaten Lumajang.
Foto : Sentral FM

Berita Terkait

Potret NetterSelengkapnya

Perpaduan Macet dan Banjir di Kawasan Banyuurip-Simo

Banjir Menggenangi Sidosermo 4

Kecelakaan Bus Vs Truk Gandeng di Jembatan Suramadu

Perpaduan Hujan dan Macet di Jalan Ahmad Yani

Surabaya
Sabtu, 27 Desember 2025
27o
Kurs