Usai kembali ke rumahnya, Tosan terus terlihat sibuk menemui tamu-tamunya. Dan di dalam rumah berdinding bambu ini, tampak Ati Hariyati (44), istrinya yang mengenakan pakaian berjilbab sederhana juga sibuk menemui tamu dari kalangan ibu-ibu rumah tangga yang datang.
Ati bercerita, dalam peristiwa 26 September lalu, saat Tosan, suaminya menjadi sasaran pengeroyokan kelompok warga pro tambang anak buah Kades Selok Awar-Awar Hariyono, seluruh insiden yang terjadi disaksikanya secara langsung di depan matanya.
“Pagi itu, tiba-tiba ada puluhan orang datang ke rumah. Tiba-tiba mereka mengeroyok suami saya. Setelah itu suami saya lari ke dalam rumah, tapi masih dikejar oleh orang-orangnya Kades Hariyono. Lalu suami saya sembunyi di rumah Pak Saton. Tetapi masih dikejar juga sehingga lari menghindar ke lapangan,” kata ibu tiga anak buah dari pernikahannya dengan Tosan ini.
Di lapangan, masih kata Ati Hariyati, Tosan tertangkap dan langsung dihajar beramai-ramai. “Saya sendiri sebelum suami saya mau dibawa ke Balai Desa, sempat menghalangi orang-orang itu (pelaku, red). Hingga akhirnya, saya sempat jadi sasaran kekerasan pelaku,” tuturnya.
Setelah peristiwa ini membawa dampak terhadap Tosan yang menjadi sasaran pengeroyokan dan penganiayaan kejam, Ati Hariyati menyatakan jika dirinya siap untuk menjadi saksi di kepolisian maupun di pengadilan jika keterangannya dibutuhkan.
“Saya siap memberikan kesaksian jika diminta oleh polisi dan pengadilan nanti. Kesaksian yang akan saya sampaikan nanti, sepengetahuan saya saja. Saya akan mendukung perjuangan suami, karena untuk membela yang benar. Harapan saya, mereka (pelaku red) harus dihukum seberat-beratnya,” paparnya.
Ati Hariyati juga merasa beruntung, karena saat kejadian dua anaknya yang masih bersekolah tidak ada yang melihat langsung kejadiannya. “Karena mereka sudah berangkat ke sekolah. Anak saya tiga orang, yang pertama sudah menikah. Yang dua orang, RF bersekolah di SMAN Pasirian dan MR kelas 5 SD. Keduanya saat kejadian tidak melihat langsung peristiwa itu,” terangnya.
Sehingga, lanjutnya, peristiwa kekejaman kelompok warga pro tambang anak buah Kades Selok Awar-awar Hariyono tidak sampai terekam diingatan anak-anaknya. Pasalnya Ati Hidayati khawatir, jika anaknya melihat langsung kejadian yang dialami Tosan, akan mempengaruhi psikologis anak-anaknya. “Itu yang saya tidak mau. Biar anak-anak saya tenang dan tetap bersekolah dengan baik,” ungkapnya.
Dalam kesempatan yang sama, istri Tosan ini juga menyatakan bahwa dalam kondisi seperti ini, Tosan sudah tidak bekerja lagi. Padahal sebelum kejadian ini, Tosan merupakan pekerja keras dan menjadi tulang punggung bagi keluarganya. Sehari-hari, pekerjaan Tosan serabutan. Terkadang menjual kayu bakar, dan masih banyak pekerjaan lainnya.
“Setelah kondisinya seperti ini, keluarga jadi susah. Sebab Tosan merupakan tulang punggung keluarga satu-satunya. Apalagi penghasilannya pas-pasan saja. Sejak dulu rumah tangga kami memang sederhana. Saya saja setiap hari ikut membantu suami berjualan kue di sekolah SD,” demikian keluh kesah Ati Hariyati atas kondisi yang dialami keluarganya saat ini. (her/dwi)
Teks Foto :
– Ati Hariyati, istri Tosan bersama keluarganya.
Foto : Sentral FM.
NOW ON AIR SSFM 100
