Pengelola SPBU di Kabupaten Lumajang mengaku merugi karena terpaksa menjual stok BBM, baik jenis solar maupun premium yang dibeli ke Pertamina dengan harga lama.
Dany Ferdiansyah wakil pengelola SPBU Bagusari di Jl. Mahakam, Kelurahan Jogotrunan, Kecamatan Kota Lumajang ketika dikonfirmasi Sentral FM mengatakan, bahwa hari pertama penjualan BBM dengan harga baru yang ditetapkan turun oleh pemerintah, dengan patokan Premium Rp. 6.600 dan Solar Rp. 6.400, manajemen SPBU tempatnya bekerja terpaksa harus menghitung kerugian.
“Hari ini, kami terpaksa harus menjual sisa stok BBM, baik premium maupun solar kepada masyarakat dengan harga baru yang diturunkan pemerintah. Apalagi sejauh ini juga belum ada informasi apakah ada kompensasi bagi SPBU untuk kondisi seperti ini. Karena kami tidak mungkin menahan stok BBM untuk menghindari kerugian jika dilihat dari sisi bisnis,” katanya.
Sehingga perhitungan potensi kerugian SPBUnya sudah terbayang jelas. Hal ini mengacu stok yang tersisa dalam tangki persediaan, dimana premium mencapai 10 kiloliter yang harus dijual dengan harga baru. Sedangkan untuk stok solar masih tersisa 5 kiloliter yang juga harus dijual dengan harga merugi.
“Kalau dihitung manual saja sudah kelihatan potensi kerugian SPBU. Premium merugi Rp. 10 juta dengan interval kerugian Rp. 1.000 perliternya. Untuk penjualan solar merugi Rp. 4.250.000 dengan interval kerugian penjualan Rp. 850 perliternya,” ujar dia.
Namun, lanjut Dany Ferdiansyah, manajemen SPBU tidak bisa berbuat banyak karena hal itu risiko yang tidak bisa diantisipasi dengan cara apapun. Soalnya SPBU memesan DO sesuai dengan kebutuhan masyarakat yang dihitung dengan permintaan rutin menyesuaikan tingkat penjualan.
“Setiap mengajukan DO, paling tidak pesanan untuk premium ke Pertamina kita mintakan 24 kiloliter dan solar 18 kiloliter. Pesanan ini habis kita ajukan lagi. Paling tidak sehari juga estimasinya habis karena disesuaikan dengan permintaan rutin,” terangnya.
Sehingga, ketika pemerintah memutuskan menurunkan harga BBM sejak hari ini, SPBU Bagusari masih menyisakan stok BBM yang dibeli dengan harga lama yang jumlahnya cukup banyak. Premium menyisakan 10 kiloliter dan solar 5 kiloliter. Hal ini terjadi, karena saat Minggu (18/1/2015) penjualan BBM turun drastis.
“Sebab, masyarakat memilih untuk menunda pembelian BBM menunggu harga baru hari ini sehingga kemarin penjualan sepi. Baru hari ini penjualan meningkat tajam sehingga terjadi antrean panjang karena panic buying masyarakat yang benar-benar membutuhkan BBM setelah menunda pembelian sehari sebelumnya,” pungkas dia.
Sementara itu dari pantauan lainnya, kenaikan harga BBM di pedagang eceran hari ini masih dijual bervariasi. Untuk pedagang BBM eceran jenis premium yang menjual stok lama, melayani pembelian dengan harga Rp. 8.500 perliternya. Hal ini seperti yang terjadi di pedagang eceran di Desa Kedungmoro, Kecamatan Kunir.
“Saya kulakan Premium kemarin dengan harga lama. Jadi tidak mungkin dijual dengan harga baru kalau tidak ingin rugi,” ucap Syahroni, pedagang BBM eceran di Desa Kedungmoro, Kecamatan Kunir yang mengaku masih menyimpan stok tidak terlalu banyak karena hanya berkisar 25 liter saja.
Sedangkan pedagang BBM eceran yang telah membeli stok dengan harga baru, menurunkan harga jual perliter premium menjadi Rp. 8.000. Meskipun, mereka berjualan berdekatan denga SPBU Bagusari Jl. Mahakam, Kelurahan Jogotrunan, Kecamatan Kota Lumajang. Mereka memanfaatkan pembeli yang enggan antre panjang di SPBU setempat. (her/dwi)
Teks Foto :
– Potret antrian pembelian BBM di SPBU Bagusari Lumajang
Foto : Sentral FM
NOW ON AIR SSFM 100
