Tingkat konsumsi ikan masyarakat di wilayah Kabupaten Lumajang masih di bawah tingkat konsumsi ikan nasional. Sesuai data Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Lumajang, perkapita masyarakat mengkonsumsi ikan sebanyak 20 kilogram.
“Padahal sesuai target nasional, konsumsi masyarakat perkapitanya harus mencapai 36 kilogram. Ini artinya, warga Lumajang masih memenuhi 60 persen dari target nasional. Ke depan, setiap warga Lumajang minimal harus mengkonsumsi ikan sebanyak 1 ons perharinya,” kata Ir Syaiful Kepala Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Lumajang kepada Sentral FM, Sabtu (4/4/2015).
Jika tingkat konsumsi ikan masyarakat sudah memenuhi standar 1 ons perhari, maka ditargetkan target konsumsi ikan nasional akan terpenuhi.” Hitungan kami, maka perkapita tingkat konsumsi ikan masyarakat menjadi 36,5 kilogram pertahun,” ujar dia.
Untuk menggerakkan masyarakat Lumajang gemar makan ikan, Dinas Kelautan dan Perikanan gencar menggelar kampanye kepada masyarakat yang melibatkan Tim Penggerak PKK, Forikan (Forum Gemar Makan Ikan), Dharma Wanita, sekolah dan kalangan pelajar.
Ir Syaiful juga menambahkan, jika komoditi ikan hasil budidaya dan tangkapan nelayan pertahunnya di Kabupaten Lumajang sangat melimpah. Hal ini berbanding terbalik dengan rendahnya tingkat kosumsi ikan masyarakat.
“Komoditi ikan melimpah di Lumajang. Setiap tahunnya saja, kita bisa menghasilkan 8 ribu ton lebih komoditi ikan, baik tawar maupun laut. Komoditi ikan yang melimpah itu jika masyarakatnya tidak suka mengkonsumsi kan menjadi aneh. Apalagi, harga ikan di Lumajang juga lebih murah dibandingkan daging,” paparnya.
Hanya saja, diakui oleh Syaiful, tidak mudah untuk merubah mindset masyarakat untuk disorong agar menggemari menyantap menu dengan lauk ikan. Khususnya di kalangan masyarakat tradisional pinggiran yang masih menganggap berbagai sajian pendamping nasi merupakan ikan.
“Coba saja ke desa-desa pinggiran, tempe maupun tahu dianggap iwak (ikan—red). Tanya, makan sama lauk apa. Pasti dijawab sama iwak tahu, iwak tempe dan lainnya. Bahkan, telur pun dianggap iwak juga,” terangnya.
Meski demikian, Syaiful menerangkan, tingkat konsumsi ikan masyarakat Lumajang dari tahun ke tahun terus menunjukkan peningkatan. Peningkatannya sesuai grafik terus naik. Dari 18 kilogram perkapita pertahun menjadi 18,5 kilogram, lalu naik lagi menjadi 19 kilogram hingga 20 kilogram saat ini.
“Hal ini didukung banyaknya warung makanan atau rumah makan yang menyajikan varian menu berbahan baku ikan. Contohnya di warung lesehan. Selain itu ke depan kita akan membantu dasa wisma untuk pengelolaan budidaya ikan. Bantuannya berupa terpal, benih dan pakan. Tujuannya, agar para ibu rumah-tangga melalui dasa wisma bisa menyajikan makanan dengan lauk ikan kepada keluarga basil budidaya sendiri di pekarangan,” katanya. (her/dwi)
NOW ON AIR SSFM 100
