Ranu Klakah, danau yang berada di kaki Gunung Lemongan Desa tegalrandu, Kecamatan Klakah, Kamis (9/7/2015), secara mendadak dipenuhi dengan ribuan ikan yang mabuk lalu terapung ke permukaan. Peristiwa ini terjadi sejak dinihari dan berlangung hingga pagi tadi.
Ikan tersebut mabuk karena terdampak fenomena rutin tahunan yang selalu terjadi di Ranu Klakah. “Kejadian ini disebut warga sebagai fenomena koyo. Dimana, kadar belerang di dasar ranu naik ke permukaan hingga mengakibatkan kadar oksigen air jadi berkurang dan ikan akhirnya mabuk lalu mengambang,” kata Aak Abdullah Al Kudus salah-seorang warga Desa Tegalrandu, Kecamatan Klakah kepada Sentral FM.
Menurutnya, fenomena koyo ini, rutin terjadi setiap tahun di pergantian antara musim hujan dan musim kemarau. Dimana, jika siang suhu sangat terik dan malam udara di lereng Gunung dengan ketinggian 1.671 meter diatas permukaan laut (mdpl) tersebut berubah dratis menjadi sangat dingin.
“Fenomena koyo terjadi antara Bulan Juli smapai Agustus setiap tahunnya. Dan tahun ini terjadi memasuki Bulan Juli seperti ini. Namun, fenomena koyo yang terjadi sejak dinihari tadi, sebenarnya bukan yang pertama tahun ini. Karena, tiga hari lalu juga terjadi koyo pertama kali yang menyebabkan udang mati. Sedangkan ikan masih bisa bertahan. Kalau hari ini, mungkin kadar belerangnya sangat tinggi yang naik ke permukaan menyebabkan ikan jadi mabuk semuam” kata pria yang juga dikenal sebagai koordinator aktivis konservasi Laskar Hijau di Gunung Lemongan ini.
Warga pun memanfaatkannya dengan berburu ikan tersebut lalu dan menjualya sebagai komoditi dagangan dadakan di sepanjang jalan di Desa setempat. Tidak hanya warga saja, puluhan pemilik keramba di Ranu Klakah juga terpaksa memanen dadakan ikan hasil budidayanya karena juga terdampak
Kondisi itu membuat para peternak ikan keramba jadi merugi, karena ikan hasil budidayanya tidak bisa besar secara maksimal dan harus dipanen dadakan. “Meski sebenarnya para peternak keramba sudah mengantisipasi fenomena koyo tahunan ini, agar tidak mengalami kerugian yang sangat besar. Dan mereka harus memanen dadakan ikannya, karena kalau dibiarkan dampaknya ikan jadi mati. Karena fenomena koyo ini biasanya bisa berlanjut sampai tiga hari,” ujarnya.
Harga ikan yang dijual, terutama jenis nila dan mujair yang banyak dibudidayakan di Ranu Gunung Lemongan, menjadi murah. Perkilogram ditawarkan sekitar Rp. 15 ribu rupiah. “Padahal pada hari biasanya, harga perkilogram ikan nila mencapai Rp20 – 25 ribu,” kata dia.
Aak Abdullah Al Kudus juga mengatakan, fenomena koyo ini juga terdengar sampai warga di luar Desa dan bahkan sampai luar wilayah Kecamatan Klakah. Sehingga, tidak sedikit warga dari luar Kecamatan Klakah yang sengaja datang ke Ranu Klakah untuk melihat fenomena tersebut sekaligus berbelanja ikan murah. Apalagi, di bulan ramadhan ini, warga juga membutuhkan ikan untuk persiapan lauk berbuka puasa.
“Warga dari luar Kecamatan Klakah banyak yang sengaja datang untuk membeli ikan selagi mudah. Sekaligus melihat fenomena koyo ini dan banyak lagi diantaranya yang memanfaatkan kesempatan ini untuk sekalian ngabuburit sembari menunggu waktu berbuka puasa,” katanya. (her/wak)
NOW ON AIR SSFM 100
