
Dengan terjadinya kasus tambang berdarah di Desa Selok Awar-Awar, Kecamatan Pasirian, Kabupaten Lumajang, warga saat ini kesulitan untuk mendapatkan penghasilan. Pasalnya kasus yang mengakibatkan Salim Kancil tewas dan Tosan kritis ini, mempengaruhi perekonomian warga.
“Situasi perekonomian warga terpengaruh,” kata Rohim (39), warga Dusun Persil, Desa Selok Awar-Awar, Kecamatan Pasirian, Kabupaten Lumajang yang masih saudara korban Salim Kancil kepada Sentral FM, Minggu (4/10/2015).
Bagi warga yang sawahnya rusak karena terdampak tambang pasir di pesisir, sudah tidak mungkin lagi mendapatkan penghasilan (panen, red). Selain itu situasi Desa juga mendadak mencekam, hingga mengganggu juga perekonomian warga selama sepekan terakhir.
“Bagi yang bekerja menambang pasir secara tradisional di sungai, mereka tidak bekerja lagi sehingga tidak ada penghasilan. Akan tetapi, Allah SWT maha kaya. Di saat kondisi perekonomian seperti ini Allah SWT memberikan solusi bagi warga secara tidak terduga-duga,” papar Rohim.
Di wilayah pesisir pantai Watu Pecak tiba-tiba banyak ditemukan karang sampir. Komoditi laut sejenis kerang hijau ini, memenuhi seluruh areal pesisir setempat. Minggirnya karang sampir yang sebelumnya jarang terjadi sebanyak ini, dimanfaatkan warga untuk panen besar-besaran.
Sebelumnya, warga ada yang berburu karang sampir namun biasanya ketika digali di pesisir ukurannya kecil-kecil. Dan yang kali ini, ukuran karang sampir yang memenuhi wilayah pesisir besar-besar dan jumlahnya banyak, merata hampir di seluruh areal pesisir pantai Watu Pecak.
“Sehingga, hampir seluruh warga Desa panen karang sampir di pesisir. Kerang ini dijual sebagai penutup kehidupan warga sehari-hari. Warga memungut karang sampir yang banyak ditemukan di wilayah pesisir sejak pagi sampai petang hari. Karena banyak, sampai tidak habis-habis dipunguti warga,” terangnya.
Rohim sendiri tertegun dengan kejadian ini, karena dilihatnya aneh dan ajaib. Apakah hal itu sebagai sebuah jawaban dari Allah SWT untuk mengatasi kesulitan warga dari masalah perekonomian yang seret. Warga sendiri, masing-masing bisa memperoleh sampai beberapa karung. Hasilnya dijual perkilo seharga Rp1.000.
“Setiap orang bisa mendapatkan 1 karung dengan berat 50 kilogram. Sehingga setiap orang bisa mendapatkan penghasilan Rp50-80 ribu. Karang sampir ini tidak hanya dijual ke sekitaran Desa saja. Tapi juga dijual ke pasar di luar Desa, seperti Pasar Tempeh dan Pasar Pasirian,” tuturnya.
Selain itu, warga juga menjadikan komoditi hasil laut ini sebagai lauk pauk untuk santapan sehari-hari keluarga. “Setiap keluarga rata-rata masak karang sampir dijadikan sayur. Ini, istri saya dan keluarga Salim Kancil juga masak karang sampir untuk makan sehari-hari,” pungkas dia. (her/dwi)
Teks Foto :
– Potret lahan sawah di pinggir pesisir pantai Watu Pecak, Desa Selok Awar-Awar yang rusak terendam air laut dampak penambangan pasir illegal hingga gagal panen.
Foto : Sentral FM