Persatuan Radio Siaran Swasta Nasional Indonesia (PRSSNI) terus berupaya membuat industri radio supaya tetap relevan di era saat ini.
Hal itu disampaikan Judy Djoko Wahyono Tjahjo pemerhati media kajian ekonomi media dalam kunjungannya bersama Najib Azmie Dewan Pengawas PRSSNI, dan Nana Priyatna Bendahara Umum PRSSNI ke Suara Surabaya Media, Rabu (16/10/2024) pagi.
Bung Joko sapaan akrabnya mengungkapkan, saat ini PRSSNI tengah membahas strategi dan koordinasi menjelang Sidang Paripurna di Jakarta, September mendatang.
Menurutnya, saat ini pengurus pusat dan daerah saling bertukar pikiran terkait perkembangan kondisi daerah masing-masing dalam rangka meningkatkan industri radio.
“Tantangan industri ini semakin besar, dan kami sedang menggodok berbagai hal agar radio tetap relevan di era sekarang,” ujarnya.
Sementara Najib Azmie menambahkan bahwa tantangan terbesar saat ini adalah bagaimana radio bisa menjawab kebutuhan pengiklan yang lebih mengandalkan data terukur, seperti yang disediakan media sosial.
“Iklan di radio tradisional sulit diukur efektivitasnya, sehingga kita perlu mengeksplorasi aset digital seperti Instagram dan YouTube untuk memberikan evaluasi kepada pengiklan,” jelasnya.
Selain itu, menurut Nana Priyatna, tantangan yang sama juga dirasakan di daerah. Mengelola aset digital, kata dia, berbeda dengan mengelola radio, sehingga dibutuhkan SDM yang paham IT.
“Karenanya kalau belum punya, kita harus mendidik SDM yang ada atau merekrut yang baru,” tambahnya.
Pada Sidang Paripurna Desember mendatang, PRSSNI akan menetapkan program kerja dan anggaran untuk tahun 2025, dengan harapan terobosan-terobosan yang dibahas bisa segera diadaptasi oleh anggota radio di seluruh Indonesia.
Jajaran pengurus PRSSNI berharap, hasilnya mampu membawa inovasi baru yang dapat membantu seluruh anggota dalam menghadapi tantangan industri radio di masa depan. (nis/bil/ipg)