Masyarakat Resah, Ajari Orang Berbuat Kriminal

Tayangan berita kriminal ternyata tidak sekedar meresahkan masyarakat. Tapi juga mengajari orang untuk berbuat tindak kriminal. Demikian hasil penelitian CATUR SURATNO AJI UPN Veteran Jawa Timur.

Dari hasil penelitian CATUR menunjukkan para pelaku kejahatan mengaku belajar dari televisi untuk melaksanakan aksinya. Sampai dengan cara menghilangkan jejak.

Penelitian ini dilakukan pada 13 narapidana di Lembaga Pemasyarakatn Sidoarjo yang juga menjadi pelaku pembunuhan, pemerkosaan dan pencurian. Dari pengakuan mereka, CATUR berkesimpulan harus ada aturan untuk mengatur siaran televisi yang mengakomodir semua kepentingan. Berikut penjelasan CATUR pada MARTHA reporter Suara Surabaya, Rabu (12/09). {clip*1}.

Menyikapi hal itu, KPID Jawa Timur mengundang beberapa media televisi di Surabaya untuk membuat format penyiaran berita kriminal yang ideal. FAJAR ARIFIANTO IS NUGROHO Ketua KPID Jawa Timur mengatakan format berita kriminal yang diatur oleh KPI diantaranya adegan kekerasan tidak boleh disajikan secara eksplisit. Gambar luka korban juga tidak boleh disorot secara close up. Serta gambar penggunaan senjata tidak boleh disorot.

Sementara aturan Pasal 34 dalam pedoman perilaku penyiaran dan standar program siaran, Lembaga Penyiaran memungkinkan penyiaran tindak kekerasan dalam rekonstuksi kejadian, harus memenuhi ketentuan. Diantaranya adegan kejahatan tidak boleh disiarkan secara rinci.

Adegan rekonstruksi kejahatan seksual dan pemerkosaan, juga tidak boleh disiarkan. Siaran rekonstruksi kejadian atau kejahatan harus memperoleh izin dari korban kejahatan atau pihak yang bisa dipandang sebagai wakil korban. Adegan rekonstruksi juga tidak melihatkan cara dan alat kejahatan. (tys/tin)