
Setelah menggelar sejumlah persembahyangan dalam rangkaian menyambut Nyepi 1929 Saka, Selasa (20/03) ini umat Hindu menutupnya dengan sembahyang Ngembak Geni. Umat Hindu di luar Bali biasanya mewarnainya dengan saling berjabat tangan.
“Sebenarnya, tradisi saling berjabat tangan, bersalam-salaman itu dilakukan warga Hindu diluar Bali. Kalau di Bali justru warga saling berkunjung kerumah warga lainnya untuk mengucapkan selamat tahun baru Saka. Setelah beberapa hari berpuasa dengan rangkaian persembahyangan, terutama Nyepi, pagi ini selesai,” terang I GUSTI KETUT BUDHIARTA Humas Pura Jala Siddhi Amertha, Juanda, Selasa (20/03) pada suarasurabaya.net.
Selasa (20/03) ini, umat Hindu disekitar Sidoarjo bersama-sama menggelar sembahyang Ngembak Geni, di pura Jala Siddhi Amertha, Juanda sejak sekitar pukul 06.30 Wib. Ngembak Geni, kata I GUSTI KETUT BUDHIARTA, artinya menyalakan api.
“Arti harafiahnya memang menyalakan api. Tetapi makna dari menyalakan api itu sendiri adalah sebuah awal kehidupan ditahun baru setelah sekian waktu bertapa dalam Catur Berata Penyepian. Kami kembali memulai hidup yang baru,” tambah I GUSTI KETUT BUDHIARTA.
Sementara itu, umat Hindu di Surabaya, Selasa (20/03) berkumpul menggelar sembahyang Ngembak Geni di Pura Agung Segara kawasan pantai Kenjeran. “Sembahyang Ngembak Geni adalah penutup rangkaian Nyepi sekaligus pembuka tahun baru Saka. Tahun ini dipusatkan di pura Segara, Ngembak Geni bermakna memulai seuatu yang baru dengan kesucian,” papar I NYOMAN MUSTIKA Ketua Pelaksana Upacara Nyepi di Surabaya, Selasa (20/03).
Teks foto:
-Ritual sembahyang Ngembak Geni tuntas dilakukan di Pura Segara.
Foto: TOTOK suarasurabaya.net