Ricuh, Tim 16 Dilarang Masuk

Dialog warga korban lumpur dengan Pelaksana Badan Penanggulangan Lumpur Sidoarjo (BPLS), Jumat (13/04) diwarnai keributan sebelum acara tersebut dimulai. Penyebabnya, warga PerumTAS I dari unsur Perwakilan Warga melarang wakil dari Tim 16 masuk ke ruang pertemuan di Pendopo Kabupaten Sidoarjo.

Warga yang sebagian besar ibu-ibu itu melakukan sweeping di depan pintu masuk ruang pertemuan Pendopo Kabupaten Sidoarjo. “Pokoknya orang-orang dari Tim 16 tidak boleh masuk!” tegas ANI satu diantara ibu yang menjaga di depan pintu.

Sebelumnya bahkan sempat terjadi aksi usir terhadap KOES SULASSONO Ketua Tim 16. Saat hampir mau masuk, KOES dihadang beberapa ibu-ibu. Diantaranya bahkan sempat mendorong dan lainnya langsung menutup pintu. Polisi pun terlibat menenangkan keadaan agar tak menjurus ke aksi pemukulan.

Yang diusir pun terpaksa mengalah. “Lebih baik mengalah daripada ribut,” ujar KOES dengan tenang.

Saat ditanya mengapa dilakukan sweeping terhadap wakil dari Tim 16, ANI pada suarasurabaya.net dengan lantang mengatakan selama ini Tim 16, meskipun sama-sama memperjuangkan cash and carry, setuju dengan skema jual beli ganti rugi 20% dibayar di muka dan sisanya dibayar sebulan sebelum masa kontrak usai.

“Anda tahu berapa nilai 20% dibayar di muka itu? Tak ada artinya! Katakanlah rumah kita dihargai Rp130 juta. Berarti kita hanya dapat Rp26 juta saja. Apa cukup untuk beli rumah lagi? Pokoknya kita minta gantirugi cash and carry 100% dibayar di muka. Kalau Tim 16 memperjuangkan yang lain, itu merusak perjuangan warga korban lumpur!” kata ANI.

Karena dihadang di pintu masuk, praktis warga PerumTAS I dari unsur Tim 16 tak ada yang satupun terwakili di dialog perdana antara BPLS dengan korban lumpur.

Teks Foto :
– KOES SULASSONO (berbaju putih kotak-kotak) menghadapi ‘tembok penghalang’ ibu-ibu yang mengusirnya keluar dari Pendopo kabupaten Sidoarjo.
Foto : EDDY suarasurabaya.net