Kasus Polisi menembak mati pelaku penyanderaan anak dikhawatirkan akan menimbulkan dampak psikologi bagi anak tersebut, mengingat penembakan terjadi di depan korban yang masih anak-anak.
Tetapi, Indonesia Police Watch (IPW) memberi apresiasi terhadap tindakan polisi tersebut karena untuk menyelamatkan jiwa sang anak.
Neta S Pane ketua presidium Indonesia Police Watch (IPW) mengatakan, kasus Fuad Ahmad tersangka penyandera Putri yang ditembak mati polisi bukanlah hal baru.
Beberapa waktu lalu dalam kasus yang sama juga pernah terjadi. Memang penembakkan di depan anak kecil dengan darah yang kemungkinan mengenai anak yang disandera bisa menimbulkan trauma. Tapi, hal itu merupakan risiko yang harus diambil polisi, ketimbang anak tersebut menjadi korban luka atau tewas.
“Jika luka parah, trauma korban akan lebih berat lagi. Dalam kondisi penyanderaan seperti itu, apalagi pelaku membawa senjata, walau senjata tajam, berbagai hal bisa terjadi. Pelaku bisa nekat dan bersikap membabi buta. Bagi IPW apa yang dilakukan polisi untuk menyelamatkan korban patut diapresiasi,” kata Neta kepada suarasurabaya.net di Jakarta, Rabu (17/12/2014).
Ia menjelaskan, tujuan utama penyelamatan kasus penyanderaan adalah menyelamatkan korbannya. Berbagai cara dan strategi dilakukan, termasuk penyamaran tujuannya tetap untuk menyelamatkan korban. Sekecil apapun resiko tidak boleh terjadi terhadap korban.
Menurut Neta, Polisi harus berhasil menyelamatkan korban, karena penyanderaan adalah kejahatan berskala tinggi, meski pelaku hanya menggunakan pisau. “Jadi langkah polisi menembak pelaku adalah langkah tepat,” ujarnya. (faz/fik)
NOW ON AIR SSFM 100
