Sarip Tambak Oso lakon tradisional, cerita rakyat dengan penafsiran baru, dijadwalkan dipentaskan pada Jumat (12/12/2014) malam oleh Ludruk Remaja di gedung Cak Durasim, kompleks Taman Budaya Surabaya.
Ide awal penafsiran baru lakon Sarip Tambak Oso muncul atas ide DR. Jarianto M.Si, kepala dinas Kebudayaan dan Pariwisata (Disbudpar) provinsi Jawa Timur yang disampaikannya dalam beberapa kesempatan.
“Mengapa selama ini tokoh-tokoh pahlawan dalam cerita rakyat selalu berakhir tragis dengan kematiannya? Ini adalah akal-akalan Belanda agar rakyat jangan berontak. Mengapa tidak ada ludruk yang menggarap dengan penafsiran baru?” kata Jarianto.
Ide ini kemudian dijadikan naskah oleh Sinarto, S.Kar, dan yang kemudian menuangkannya dalam naskah lakon Sarip Tambak Oso dengan penafsiran baru. “Saya ingin ada regenerasi, jangan yang itu-itu saja,” tegas Jarianto.
Menurut Sinarto, penafsiran terhadap lakon Sarip ini sangat perlu agar dapat memberikan inspirasi serta semangat juang bagi bangsa ini. “Bahkan tokoh Mbok’e Sarip itu menurut saya bukan perempuan lemah. Dia adalah perempuan perkasa yang gagah dan tidak mengenal takut,” ujar Sinarto dalang Wayang Kulit sekaligus Sekretaris Disbudpar Jawa Timur.
Didukung 40 orang pemain diantaranya adalah pelajar dan mahasiswa termasuk pengrawit. Secara khusus untuk penampilan adegan laga pada pementasan ini, dihadirkan pemain yang berasal dari perguruan Silat Setia Hati (SH) Teratai dari Surabaya.
Edy Karya pimpinan kelompok Ludruk Karya Budaya dari Mojokerto bersama Hengky Kusuma personil Ludruk RRI Surabaya kali ini bertindak sebagai sutradara dibantu Agung dari STKW. Sedangkan penata artistik pementasan ditangani Heri Lentho.(tok/rst)