
Obyek wisata Kedung Maor, di Desa Kedungsumber, Kecamatan Temayang, Kabupaten Bojonegoro, Jawa Timur, akan dikembangkan sebagai wisata alam geologi atau “geoheritage”, menjadi satu kesatuan dengan Waduk Gonseng, yang baru tahap pembangunan.
Suyanto, Kepala Bidang Pengembangan dan Pelestarian Dinas Kebudayaan dan Pariwisata (Disbudpar) Bojonegoro di Bojonegoro, Sabtu (22/8/2015), mengatakan, pengembangan obyek wisata Kedung Maor, menjadi “geoheritage”, karena kawasan setempat, dulunya diperkirakan merupakan laut purba.
Sesuai penelitian Badan Geologi Nasional Bandung, katanya, Kedung Maor, yang lokasinya berupa sungai yang terdapat danau dan tebing, usianya diperkirakan mencapai 27 juta tahun.
“Usulan Kedung Maor sebagai wisata alam “geoheritage”, juga bersama dengan sejumlah potensi obyek wisata lainnya, seperti api abadi Kayangan Api di Kecamatan Ngasem,” jelas dia seperti dilansir Antara.
Namun, katanya, pengembangan Kedung Maor, menjadi wisata alam geologi, akan dijadikan satu dengan Waduk Gongseng, karena lokasinya berdekatan.
Karena itu, menurut dia, pemkab bekerja sama dengan UPN Veteran Yogyakarta, mengusulkan kepada Badan Geologi Nasional Bandung, untuk mengesahkan Kedung Maor, sebagai obyek wisata alam “geoheritage”.
“Di tebing-tebing di lokasi Kedung Maor, banyak ditemukan binatang laut purba, seperti kerang, juga lainnya,” jelas Ali Syafaat, Ketua Dewan Kepurbakalaan Bojonegoro.
Hari Purwanto, seorang penjaga parkir di lokasi obyek wisata Kedung Maor, Bojonegoro menjelaskan lokasi setempat mulai ramai dikunjungi wisatawan domestik lokal juga luar daerah, sejak setahun lalu.
Pengunjung, menurut dia, tidak dikenakan karcis tanda masuk, tapi dikenakan biaya parkir untuk kendaraan roda dua Rp5.000/kendaraan dan roda empat Rp10.000/kendaraan.
“Pengunjungnya banyak, selain lokal juga ada yang dari luar kota, seperti dari Gresik dan Surabaya. Rata-rata bisa mencapai 500 pengunjung ketika hari libur, seperti Minggu,” jelasnya.
Bahkan, lanjut dia, lokasi Kedung Maor, sempat dimanfaatkan anggota pecinta alam di daerah setempat untuk berkemah dan mengelar upacara agustusan.
“Jalan masuk ke lokasi ini dulu merupakan rel loko untuk mengangkut kayu jati,” ucapnya.(ant/iss/ipg)