Dalam berbagai bentuk, kekeraan pada pelaksanaan Layanan Orientasi Siswa (LOS) dilarang dilakukan oleh panitia pelaksana kegiatan.
“Kekerasan dalam bentuk verbal, misalnya membentak kami larang. Apalagi dalam bentuk fisik jelas kami larang. Kami juga akan melakukan pengawasan secara langsung pada kegiatan LOS,” kata Johanes Mardijono Kepala SMAN 1 Surabaya, Kamis (23/7/2015).
Layanan Orientasi Siswa sebagai pengganti Masa Orientasi Siswa (MOS) ditegaskan memang bukan ajang kekerasan atau bullying. Diharapkan LOS menjadi sarana siswa saling berinteraksi.
“Para peserta didik baru diharapkan mau berinteraksi dan mengenali sekolahnya, termasuk para seniornya. Juga terhadap bapak dan ibu guru, sebagai bagian dari keluarga besar sekolah,” kata Johanes.
Sedangkan di SMAN 14 Surabaya, panitia penyelanggara LOS dibantu dengan para guru serta kepala sekolah akan menggelar kegiatan dengan lebih dititikberatkan tanpa menggunakan kekerasan dalam bentuk apapun.
“Sebelum LOS digelar, kami mengundang panitia. Kami bekali dengan berbagai hal, diantaranya tidak menggunakan kekerasan dalam bentuk apapun saat pelaksanaan LOS,” kata Dra Hj. Muntiani Kepala SMAN 14 Surabaya.
Sedangkan kepada para peserta didik baru sebelum mengikuti LOS terlebih dahulu akan dikumpulkan untuk mengikuti arahan dari sekolah. “Agar jangan sampai salah memahami kegiatan LOS,” kata Muntiani.(tok)