Jumat, 26 April 2024

Taufik Ismail Bacakan Puisi di Frankfurt Buchmesse

Laporan oleh Ika Suryani Syarief
Bagikan
Taufik Ismail. Foto: digishelf

Taufik Ismail penyair dan sastrawan Indonesia menyatakan kegembiraannya bisa berpartisipasi, tampil membacakan puisi di Paviliun Indonesia dalam ajang Frankfurt Book Fair (Frankfurt Buchmesse) 2015.

“Saya senang bisa tampil dan membacakan puisi saya dalam acara pameran buku Frankfurt Book Fair di mana Indonesia menjadi tamu kehormatan (guest of honour),” ujar Taufik yang ditemui di sela-sela kegiatan pameran buku terbesar sedunia di Frankfurt, seperti dilansir Antara, Sabtu (17/10/2015).

Selain Taufik Ismail, sastrawan Indonesia lainnya yang tampil membacakan karyanya adalah Sapardi Djoko Damono yang mendapat sambutan dari pengunjung Paviliun Indonesia.

Kehadiran Taufik Ismail, penyair angkatan 66, bersama sang istri yang selalu menemani dalam rangka ikut meramaikan Paviliun Indonesia yang diisi dengan berbagai kegiatan berkesenian dan juga penampilan kelompok musik asal Aceh Kande.

Taufik yang mengategorikan dirinya sebagai penyair Angkatan `66 pernah menulis buku kumpulan puisi, yang berjudul “Malu (Aku) Jadi Orang Indonesia”.

Apalagi Indonesia sebagai “Guest Of Honour”, tentunya kita harus bangga, ujar Taufik yang puisinya sering dinyanyikan oleh kelompok musik Bimbo.

Diakuinya tidak mudah menerima tanggung jawab sebagai tamu kehormatan mengelola Paviliun Indonesia yang diserahkan kepada seniman Indonesia seperti Slamet Rahardjo, Goenawan Mohamad dan ini kerja keras dari para pekerja seni. “Saya bangga dengan teman-teman,” ujar Taufik.

Taufik Ismail yang karyanya sudah diterjemahkan ke berbagai bahasa seperti pada tahun 2013 dan 2015, sejumlah puisinya diterjemahkan ke Bahasa Bosnia oleh Prof. Ferid Muhic dan Edin Hadzalic dengan judul “Prah na Zrnu Praha”.

Tahun 2015, diterjemahkan ke Bahasa Prancis oleh Prof. Etienne Naveau dengan judul “Cendres sur Cendres”, dan terjemahan ke Bahasa Belanda oleh Prof. E. P. Wieringa dengan judul “Stof op Stof” dikerjakan juga pada 2015.

Sedangkan terjemahan ke Bahasa Arab oleh Prof. Nabilah Lubis dengan judul “Turab Fauqat Turab” dilakukan pada 2013. Sejumlah puisinya diterjemahkan pula ke Bahasa Farsi oleh Prof. Vahed Semnani dan Bastian Zulyeno, Ph.D. dengan judul “Khak rouy-e Khak”.

Terjemahan ke Bahasa Jerman diberi judul “Staub auf Staub” dikerjakan Prof. E. P. Wieringa dan Carsten U. Beermann juga pada 2015. Tahun 2013 pernah juga diterjemahkan ke Bahasa Inggris oleh Prof. Amin Sweeney dengan judul “Dust on Dust”.

Satu buah puisinya yang berjudul “Dengan Puisi, Aku” diterjemahkan ke 80 bahasa asing pada 2015 dengan diberi pengantar oleh Prof. Victor A. Pogadaev.(ant/iss/tok)

Berita Terkait

Potret NetterSelengkapnya

Motor Tabrak Pikap di Jalur Mobil Suramadu

Mobil Tertimpa Pohon di Darmo Harapan

Pagi-Pagi Terjebak Macet di Simpang PBI

Surabaya
Jumat, 26 April 2024
30o
Kurs