Rabu, 13 Agustus 2025

Beda Maulid Nabi dan Haul

Laporan oleh Fatkhurohman Taufik
Bagikan
Saifullah Yusuf, Wakil Gubernur Jawa Timur saat menghadiri peringatan Maulid Nabi Muhammad di Bojonegoro. Foto : Biro Humas

Saifullah Yusuf (Gus Ipul), Wakil Gubernur sekaligus Ketua PBNU mengatakan, ada beberapa perbedaan antara perayaan Maulid Nabi Muhammad dan Haul seorang Ulama.

“Haul itu jika kiai atau ulama dinilai masyarakat telah memberikan mafaat bagi umat maupun santri yang ditinggalkannya. Sehingga hari wafatnya akan diperingati dengan Haul. Jika ulama itu dinilai tidak memberi manfaat, pasti tidak akan ada haul baginya,” kata Gus Ipul saat menghadiri Pengajian Umum dalam rangka Maulid Nabi Muhammad sekaligus Haul Pengasuh Pesantren Syafiiyah, Kanor, Bojonegoro, Minggu (11/12/2016) malam.

Berbeda dengan haul, jika maulid maka merupakan peringatan atas lahirnya Nabi Muhammad SAW. Peringatan maulidan diperingati karena, Nabi Muhammad sudah dipastikan menjadi nabi akhir zaman. Kelahiran Nabi Muhammad juga telah dinantikan oleh ummat bahwa kehadirannya didunia akan membawa syafaat dan petunjuk bagi ummat islam. “Maka, itulah makna sesungguhnya dari maulid kepada rasulullah,” kata dia.

Sementara itu, terkait Maulid Nabi Muhammad, Gus Ipul mengatakan jika peringatan ini sebenarnya bertujuan untuk mewujudkan ketenangan dalam hidup manusia. Melalui majelis ilmu, majelis dzikir dan majelis sholawatan seperti maulidan ketenangan diharapkan bisa diperoleh.

Gus Ipul mengatakan, salah satu cara untuk meraih ketenangan dan ketentraman adalah dengan berdzikir mendekatkan diri kepada Allah SWT dan selalu berkirim dzikir dan sholawat kepada Rasulullah Nabi Muhammad SAW.

Menurutnya, bahwa setiap saat manusia menginginkan ketenangan dalam hidup. “Melalui ketenangan pula, salah satu cara dalam memotivasi untuk selalu mengingat Allah dimanapun manusia berada,” kata dia.

Gus Ipul menuturkan, bahwa majelis yang dilakukan di Indonesia memiliki ciri khas dengan kerukunannya, guyub rukun saling mendengarkan.

“Inilah potret ideal untuk membangun suatu bangsa melalui bentuk gotong royong. Melalui majelis dzikir pula, hati yang suntuk jadi senang, inilah modal besar bangsa yang dilakukan dengan menghadiri majelis ilmu hingga melakukan silaturahmi dan ikut membangun karakter dan akhlak ummat. Pembangunan pendidikan,” ujarnya. (fik)

Berita Terkait

Potret NetterSelengkapnya

Kecelakaan Mobil di Jembatan Suramadu, Kondisinya Ringsek

Kecelakaan Bus Tabrak Belakang Truk di KM 749 Tol Sidoarjo-Waru

Pajero Masuk Sungai Menur Pumpungan

Kecelakaan Truk Tabrak Gardu Tol di Gate Waru Utama

Surabaya
Rabu, 13 Agustus 2025
26o
Kurs