
“Kalau kami lihat tipe-tipe awannya, curah hujannya akan lama, seperti kemarin malam. Secara tradisional, masyarakat meyakini karena Imlek identik dengan hujan,” ujar Bambang Setiajid Kasie Data dan Informasi Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Juanda kepada Radio Suara Surabaya, Minggu (7/2/2016) petang.
Prakiraan hujan ini untuk kawasan sekitar Surabaya dan Sidoarjo pada Minggu (7/2/2016) malam ini, yang bertepatan malam Imlek 2567, yang diperingati oleh warga keturunan tionghoa di Indonesia.
Penghitungan Tahun Baru Imlek yang identik dengan hujan seperti kepercayaan masyarakat, kata Bambang, memang tepat bila diterapkan di Jawa.
“Karena penanggalan Imlek ini menggunakan sistem solar (matahari), sehingga pas sekali saat Imlek di Jawa selalu identik hujan. Tapi keyakinan ini tidak akan cocok bila diterapkan di daerah lain selain Jawa,” katanya.
Menurutnya, hujan di bulan Februari ini memang menandakan fase puncak musim hujan. Pada fase ini, BMKG Juanda mengimbau kepada warga dan Pemerintah Kota Surabaya agar waspada. Terutama bila nantinya BMKG menemukan adanya tanda terjadinya angin Siklon Tropis atau badai Siklon Tropis yang muncul dari selatan Pulau Jawa, atau di sekitar Australia.
“Intinya, kita memasuki fase puncak musim hujan. Antisipasi terhadap banjir, terhadap penyakit yang bisa muncul di musim hujan, harus ditingkatkan. Sementara ini, siklon tropis itu tidak ada. Namun, kalau kami sudah melaporkan keberadaannya, mohon ini lebih diwaspadai,” ujarnya.
BMKG Juanda memprakirakan, setidaknya Siklon Tropis itu akan terjadi sekali pada fase puncak musim hujan di Jawa. Tidak menutup kemungkinan, siklon tropis yang menyebabkan intensitas hujan meningkat disertai dengan angin kencang yang berdurasi lebih lama, dapat terjadi di sekitar Surabaya maupun di Sidoarjo.
“Jadi kalau ditanya, apakah prakiraan hujan hari ini akan berlaku untuk beberapa hari kemudian? Tidak. Karena masih ada peluang terjadinya siklon tropis di Selatan Jawa. Kami memprediksi setidaknya terjadi sekali,” ujarnya. (den/dwi)