Jumat, 29 Maret 2024

Penyaluran KIP Fokus untuk Bantu Pendidikan Siswa Unggul

Laporan oleh Jose Asmanu
Bagikan
Muhadjir Effendy, Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud) saat didaulat menjadi dalang wayang kulit. Foto: Istimewa

Muhadjir Effendy, Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud) menyampaikan, tiga fokus yang harus menjadi perhatian untuk membantu siswa unggul, yakni percepatan penyaluran Kartu Indonesia Pintar (KIP), Pengembangan Pendidikan Vokasi, dan Realisasi Pendidikan Karakter.

Pada percepatan KIP ini perlu dilakukan dengan segera untuk menghindari terjadinya generasi putus sekolah.

Percepatan penyaluran KIP ini, sebagai wujud membantu pendidikan bagi anak tidak mampu usia 6 sampai dengan 21 tahun. Termasuk didalamnya untuk menjaring anak-anak yang sudah tidak sekolah dapat kembali ke sekolah. Ini menjadi kewajiban pemerintah menyediakan akses pendidikan bagi anak-anak yang putus sekolah.

Dengan begitu kita dapat membantu mereka menjadi anak yang unggul, kata Mendikbud di depan para guru, kepala sekolah, orangtua, dan para pengajar di Lembaga Penjaminan Mutu Pendidikan (LPMP) Bengkulu, selasa malam (06/09/2016).

Selain penyediaan akses pendidikan, pemerintah juga harus bisa melihat kebutuhan zaman melalui pendidikan. Untuk menjawab kebutuhan zaman khususnya mempersiapkan sumber daya manusia (SDM) dalam memasuki dunia kerja, Kemendikbud akan lakukan pengembangan terhadap pendidikan vokasi.

“Kita akan tekankan pendidikan vokasi untuk menyiapkan tenaga kerja di usia produktif. Ketika Indonesia mencapai usia 100 tahun yakni di tahun 2045, anak Indonesia bisa menjadi generasi berdaya saing,” kata Mendikbud.

Dalam mempersiapkan generasi muda yang unggul dan berdaya saing, perlu diterapkan pendidikan karakter. Penekanan pendidikan karakter akan dilakukan pada jenjang pendidikan dasar yakni Sekolah Dasar (SD) dan Sekolah Menengah Pertama (SMP). “sebanyak 70 persen pendidikan karakter untuk jenjang SD, dan 60 persen untuk jenjang SMP.

Implementasi pendidikan karakter, menurut Menteri Muhadjir, harus mengedepankan potensi lokal. Dia mencontohkan, di Provinsi Bengkulu, banyak museum yang bisa menumbuhkan karakter nasionalisme cinta tanah air. “Membangun nasionalisme cinta tanah air di Bengkulu sudah banyak dilakukan seperti mengunjungi museum tempat tinggal Proklamator, itu sudah lebih dari cukup untuk menjadi narasumber bagi siswa. Jadi guru bisa jelaskan kepada siswa siapa Bapak Proklamator kita, dan tumbuhkan rasa cinta tanah air dengan mengunjungi museum itu,” pesan Mendikbud.

Dalam kunjungan kerja ke Bengkulu, Mendikbud sempat didaulat menjadi dalang wayang kulit.(jos/iss/ipg)

Berita Terkait

Potret NetterSelengkapnya

Kecelakaan Mobil Porsche Seruduk Livina di Tol Porong

Mobil Tertimpa Pohon di Darmo Harapan

Pagi-Pagi Terjebak Macet di Simpang PBI

Surabaya
Jumat, 29 Maret 2024
28o
Kurs